"Aku tidak mengajar untuk menjadikanmu sebagai murid-Ku. Aku tidak tertarik untuk membuatmu menjadi murid-Ku. Aku tidak tertarik untuk memutuskan hubunganmu dengan gurumu yang lama. Aku bahkan tidak tertarik untuk mengubah tujuanmu, karena setiap orang ingin lepas dari penderitaan. Cobalah apa yang telah Kutemukan ini, dan nilailah oleh dirimu sendiri. Jika itu baik bagimu, terimalah. Jika tidak, janganlah engkau terima." (Digha Nikaya 25 : Patika Vagga ; Udumbarika - Sīhanāda Sutta)



02 November 2013



Delapan Kondisi Dunia (Atthaloka Dhamma)
Penyaji : Bhikkhu Aggacitto

Meskipun seseorang berasalkan dari suku Tionghoa, Batak, Jawa maupun suku-suku lainnya ataupun berlatar belakang dan beragama yang berbeda-beda, tetap saja mempunyai satu kesamaan yang tidak akan pernah membedakan diantara mereka, yakni pengharapan dan keinginan terciptanya keharmonisan dan kebahagia didalam kehidupannya. Seseorang akan lebih cenderung berharap sesuatu yang menyenangkan ketimbang hal yang menyusahkan, ini sudah menjadi bagian sifat alamiah manusia didunia (Lokiya).
Dalam agama Buddha (Buddhasasana), selalu menekankan bahwa seseorang hendaknya harus selalu tetap eling dan waspada, hendaknya seseorang perlu memiliki “S4 - Selalu Sadar Setiap Saat”. Tujuannya yaitu supaya segala bentuk fenomena hidup yang selalu silih berganti dapat terminimalisir dengan baik “Dp. Appamada Vagga: Bab II, Ayat 21”.
Sang Buddha juga telah menjelaskan dengan jelas tentang adanya kondisi yang tidak dapat terelakkan didalam kehidupan manusia, Sejauh kehidupan masih terbelenggu oleh Lobha, Dosa & Moha artinya masih banyak keserakahan, kebencian dan kegelapan batin maka kebahagiaan dan penderitaan akan senantiasa selalu ada, kondisi tersebut tidak akan pernah berakhir dan terhenti sebelum tercapainya pembebasan sejati (Nibbana).
Delapan kondisi sebagaimana yang telah disebutkan dalam Atthaloka Dhamma – A.N VIII; 2 itulah yang selalu mengiringi semua perjalanan dan proses kehidupan manusia, bahkan kedelapan kondisi inilah yang sebenarnya turut berperan memberikan kebahagiaan dan penderitaan seseorang. Memperoleh keuntungan (Labho), mengalami kerugian (Alabho), memperoleh kemasyuran dan kesuksesan (Yaso), tidak memperoleh kesuksesan/ kegagalan (Ayaso), memperoleh celaan dan hinaan (Ninda), memperoleh pujian dan penghormatan (Pasamsa), merasakan kebahagiaan & kesenangan (Sukkha) serta merasakan kesengsaraan atau penderitaan (Dukkha).
Memperoleh salah satu dari kedelapan kondisi tersebut jika yang terjadi adalah yang membahagiakan dan menyenangkan maka seseorang tentu tidak akan pernah mempermasalahkannya, akan tetapi jika yang terjadi adalah sesuatu yang kurang menyenangkan maka hal itu akan menjadi sebuah masalah besar bagi kehidupannya. Untuk itu apa yang harus kita dilakukan jika kondisi itu terjadi atau bahkan mungkin sedang lagi kita alami…Apakah kita harus lari dan bersembunyi…atau tetap menjalani dan menghadapinya…???
Pepatah Buddhis mengatakan “Vaya dhamma sankhara appamadena sampadetha” Segala sesuatau pada hakikatnya ada masanya dan sudah seharusnya seseorang harus berani untuk selalu berjuang dengan sungguh-sungguh dalam mencapai jalan pembebasan. Hendaknya seseorang seperti batu karang yang tak tergoyahkan oleh badai ombak yang menerjang, Demikian juga sebaliknya, seseorang haruslah tetap tegar dan tenang didalam mengahadapi fenomena yang terjadi dalam kehidupan.“Pandita Vagga; Bab VI syair 81”
Salah satu kunci yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi kondisi-kondisi tersebut diantaranya “TENANGLAH, BERSABARLAH, TERIMALAH, SADARILAH, RENUNGKANLAH dan LEPASKANLAH. Karena ketika seseorang menghadapi sesuatu dengan tenang dan penuh kesabaran, selalu mau menerima/ legowo dengan sepenuh hati, kemudian selalu berusaha untuk menyadari setiap kondisi yang terjadi serta selalu merenungkan apa yang sudah terlewati atau yang mungkin masih dialami, maka bukan tidak mungkin beban itu tidak akan mampu dilewati. Semakin menolaknya, semakin tidak menerimanya dan semakin membencinya justru hanya akan menjadi sebuah beban dan tekanan itu semakin berat sehingga menimbulkan ketakutan dan kecemasan, bahkan bisa mengakibatkan stressss dan depresi berat, untuk itu lepaskanlah lihatlah sebagaimana adanya.
Bukankah Sang Buddha sudah mengajarkan kepada kita bahwa segala kondisi apapun didunia ini juga akan selalu mengalami perubahan (Anicca), mau menerimanya ataupun tidak mau menerimanya itu semua juga akan tetap terjadi, meminta pertolongan atau perlindungan kepada siapapun juga tidak akan pernah bisa. Untuk itu biarkan kondisi tersebut terjadi sebagaimana adanya. Ingatlah dan yakinlah semua itu pasti akan berubah dan berlalu, karena semuanya tidak ada yang selalu abadi “Seperti halnya sebuah musim dingin, yang tak akan lama juga berganti menjadi musim semi”. Berbuatlah kebaikan untuk meningkatkan kebajikan karena hal itu merupakan bagian dari spirit yang dapat membantu seseorang memunculkan kekuatan dan dorongan energy positif ada didalam diri, terlebih juga dapat menjadi penetral untuk membantu mengubah kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan agar segera berlalu.
Tetaplah tenang dan tegar, hadapilah itu semua dengan penuh suka cita dan canda tawa. Hendaknya inilah yang perlu diperhatikan didalam setiap langkah kehidupan. Kiranya ini yang perlu direnungkan sebagai landasan hidup didalam jalan Buddha Dhamma.
Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitata…


0 komentar:

Posting Komentar