Delapan Kondisi Dunia (Atthaloka Dhamma)
Penyaji : Bhikkhu Aggacitto
Meskipun seseorang berasalkan dari suku Tionghoa, Batak,
Jawa maupun suku-suku lainnya ataupun berlatar belakang dan beragama yang
berbeda-beda, tetap saja mempunyai satu kesamaan yang tidak akan pernah
membedakan diantara mereka, yakni pengharapan dan keinginan terciptanya keharmonisan
dan kebahagia didalam kehidupannya. Seseorang akan lebih cenderung berharap
sesuatu yang menyenangkan ketimbang hal yang menyusahkan, ini sudah menjadi
bagian sifat alamiah manusia didunia (Lokiya).
Dalam agama Buddha (Buddhasasana),
selalu menekankan bahwa seseorang hendaknya harus selalu tetap eling dan waspada,
hendaknya seseorang perlu memiliki “S4 - Selalu Sadar Setiap Saat”. Tujuannya
yaitu supaya segala bentuk fenomena hidup yang selalu silih berganti dapat
terminimalisir dengan baik “Dp. Appamada Vagga: Bab II, Ayat 21”.
Sang Buddha juga telah menjelaskan dengan jelas tentang adanya
kondisi yang tidak dapat terelakkan didalam kehidupan manusia, Sejauh kehidupan
masih terbelenggu oleh Lobha, Dosa & Moha artinya masih banyak keserakahan,
kebencian dan kegelapan batin maka kebahagiaan dan penderitaan akan senantiasa
selalu ada, kondisi tersebut tidak akan pernah berakhir dan terhenti sebelum
tercapainya pembebasan sejati (Nibbana).
Delapan kondisi sebagaimana yang telah disebutkan dalam Atthaloka
Dhamma – A.N VIII; 2 itulah yang selalu mengiringi semua perjalanan dan
proses kehidupan manusia, bahkan kedelapan kondisi inilah yang sebenarnya turut
berperan memberikan kebahagiaan dan penderitaan seseorang. Memperoleh keuntungan
(Labho), mengalami kerugian (Alabho), memperoleh kemasyuran dan kesuksesan
(Yaso), tidak memperoleh kesuksesan/ kegagalan
(Ayaso), memperoleh celaan dan hinaan
(Ninda), memperoleh pujian dan penghormatan
(Pasamsa), merasakan kebahagiaan &
kesenangan (Sukkha) serta merasakan
kesengsaraan atau penderitaan (Dukkha).
Memperoleh salah satu dari kedelapan kondisi tersebut jika
yang terjadi adalah yang membahagiakan dan menyenangkan maka seseorang tentu
tidak akan pernah mempermasalahkannya, akan tetapi jika yang terjadi adalah
sesuatu yang kurang menyenangkan maka hal itu akan menjadi sebuah masalah besar
bagi kehidupannya. Untuk itu apa yang harus kita dilakukan jika kondisi itu
terjadi atau bahkan mungkin sedang lagi kita alami…Apakah kita harus lari dan bersembunyi…atau
tetap menjalani dan menghadapinya…???
Pepatah
Buddhis mengatakan “Vaya dhamma sankhara
appamadena sampadetha” Segala sesuatau pada hakikatnya ada masanya dan
sudah seharusnya seseorang harus berani untuk selalu berjuang dengan sungguh-sungguh
dalam mencapai jalan pembebasan. Hendaknya seseorang seperti batu karang yang
tak tergoyahkan oleh badai ombak yang menerjang, Demikian juga sebaliknya,
seseorang haruslah tetap tegar dan tenang didalam mengahadapi fenomena yang
terjadi dalam kehidupan.“Pandita
Vagga; Bab VI syair 81”
Salah satu kunci yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi
kondisi-kondisi tersebut diantaranya “TENANGLAH, BERSABARLAH, TERIMALAH,
SADARILAH, RENUNGKANLAH dan LEPASKANLAH. Karena ketika seseorang menghadapi
sesuatu dengan tenang dan penuh kesabaran, selalu mau menerima/ legowo dengan
sepenuh hati, kemudian selalu berusaha untuk menyadari setiap kondisi yang
terjadi serta selalu merenungkan apa yang sudah terlewati atau yang mungkin
masih dialami, maka bukan tidak mungkin beban itu tidak akan mampu dilewati.
Semakin menolaknya, semakin tidak menerimanya dan semakin membencinya justru
hanya akan menjadi sebuah beban dan tekanan itu semakin berat sehingga menimbulkan
ketakutan dan kecemasan, bahkan bisa mengakibatkan stressss dan depresi berat,
untuk itu lepaskanlah lihatlah sebagaimana adanya.
Bukankah Sang Buddha sudah mengajarkan kepada kita bahwa
segala kondisi apapun didunia ini juga akan selalu mengalami perubahan
(Anicca), mau menerimanya ataupun tidak mau menerimanya itu semua juga akan
tetap terjadi, meminta pertolongan atau perlindungan kepada siapapun juga tidak
akan pernah bisa. Untuk itu biarkan kondisi tersebut terjadi sebagaimana
adanya. Ingatlah dan yakinlah semua itu pasti akan berubah dan berlalu, karena
semuanya tidak ada yang selalu abadi “Seperti halnya sebuah musim dingin,
yang tak akan lama juga berganti menjadi musim semi”. Berbuatlah kebaikan
untuk meningkatkan kebajikan karena hal itu merupakan bagian dari spirit yang
dapat membantu seseorang memunculkan kekuatan dan dorongan energy positif ada
didalam diri, terlebih juga dapat menjadi penetral untuk membantu mengubah
kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan agar segera berlalu.
Tetaplah tenang dan tegar, hadapilah itu semua dengan penuh
suka cita dan canda tawa. Hendaknya inilah yang perlu diperhatikan didalam
setiap langkah kehidupan. Kiranya ini yang perlu direnungkan sebagai landasan
hidup didalam jalan Buddha Dhamma.
Sabbe
Satta Bhavantu Sukkhitata…
0 komentar:
Posting Komentar