"Aku tidak mengajar untuk menjadikanmu sebagai murid-Ku. Aku tidak tertarik untuk membuatmu menjadi murid-Ku. Aku tidak tertarik untuk memutuskan hubunganmu dengan gurumu yang lama. Aku bahkan tidak tertarik untuk mengubah tujuanmu, karena setiap orang ingin lepas dari penderitaan. Cobalah apa yang telah Kutemukan ini, dan nilailah oleh dirimu sendiri. Jika itu baik bagimu, terimalah. Jika tidak, janganlah engkau terima." (Digha Nikaya 25 : Patika Vagga ; Udumbarika - Sīhanāda Sutta)



21 November 2011



"Pada masa depan, Agama yang ideal yang dapat dianut haruslah agama yang logis. Agama yang universal, yang mampu menjawab tantangan ilmiah dan ilmu pengetahuan. Dan hanya Agama Buddha-lah yang mampu menjawab tantangan tersebut"
"Albert Einstein"  

Kalau kita melihat agama Buddha 'secara sepintas' maka kita akan dihadapkan pada satu anggapan bahwa agama Buddha adalah agama yang tidak menarik, agama yang kadang-kadang terlihat bersifatmistis dan sudah tidak cocok lagi dengan kehidupan modern seperti sekarang ini. Mengapa demikian? Coba kita perhatikan semua perlengkapan sembahyang yang adadi altar. Ada patung yang maha besar dan kita bernamaskara atau satu persuju dan kepada patung tersebut sehingga orang lalu menyatakan bahwa agama Buddha adalah penyembah berhala. Kita juga akan menemukan dupa/ hio dan bunga yang miripseperti untuk sesajen. Kemudian ada lilin yang seolah-olah berkata bahwa agama Buddha belum percaya akan adanya listrik. Belum lagi terlihat gentong yang memberi kesan seolah-olah kita sedang berada disebuah toko barang antik. Kalau kita perhatikan lagi, kita akan menemukan makhluk-makhluk yang lebih antik lagi; yakni bahwa di zaman yang serba canggih seperti sekarang ini, kita tetap duduk di lantai bila sedang melaksanakan kebaktian.  
Dari sinilah kritikan-kritikan terhadap agama Buddha dilontarkan...!!! Kita mungkin pernah mendengar orang mengatakan bahwa agama Buddha adalah agama yang sudah kuno dan ketinggalan zaman. Hal ini dapat dimengerti karena mereka hanya melihat dari sudut tradisi/ luarnya saja. Padahal ajaran Sang Buddha tidak pernah ketinggalanzaman. Lalu apa buktinya bahwa agama Buddha itu mengikuti perkembangan zaman??? Setiap kali kita mengikuti kebaktian, kita tentu membaca tuntunan Tisarana dan Pancasila yaitu menghindari pembunuhan dan penganiayaan, pencurian, perzinahan, kebohongan, dan mabuk-mabukkan. Apakah Pancasila ini sudah kuno dan milik umat Buddha saja??? Apakah agama lain menghalalkan pembunuhan dan penganiayaan, pencurian, perzinahan, kebohongan, dan mabuk-mabukkan??? Tentu kita akan menjawab:"TIDAK" karena semua manusia pasti harus melaksanakan Pancasila baik pada masa yang lampau, sekarang maupun masa yang akan datang. Ini adalah satu bukti bahwa ajaran Sang Buddha selalu mengikuti perkembangan zaman.


Mungkin hal ini belum dapat memuaskan Saudara karena masih terlalu umum. Untuk itu mari kita lihatintisari/ jantung dari seluruh ajaran Sang Buddha. Apakah intisari/ jantung ajaran Sang Buddha itu??? Intinya adalah "kurangi kejahatan, tambahlahkebaikan, sucikan hati dan pikiran". Apakah hal tersebut hanya berlaku dizaman Sang Buddha dan hanya milik agama Buddha saja??? Apakah agama lain menganjurkan  "tambahlah kejahatan, kurangi kebaikan dan kacaukan pikiran??? "tentu tidak" Dengan demikian tidak ada lagi alasan untuk mengatakan bahwa ajaran Sang Buddha sudah kuno dan ketinggalan zaman. Karena sesungguhnya ajaran Sang Buddha selalu mengikuti zaman Bahkan Albert Einstein yang terkenalsebagai Bapak Ilmu Pengetahuan pernah menyatakan bahwa "Agama yang bisamenjawab tantangan ilmu pengetahuan adalah agama Buddha".


Oleh karena itu berbahagialah kita sebagai umat Buddha. Namun hanya berpuas diri sebagai umatBuddha masih belum cukup, karena ada ajaran yang lebih dalam lagi yaitu kita hendaknya bisa melaksanakan ajaran Sang Buddha di dalam kehidupan sehari-hari.Ini penting sekali karena ajaran Sang Buddha itu tidak hanya bersifat teori tetapi perlu dilaksanakan, Hal ini sama halnya dengan contoh orang yang mempunyai hobby berenang. Misalnya Saudara diberitahu bahwa berenang itu menyenangkan dan dengan bisa berenang maka Saudara tidak perlu lagi takut kepada air. Lalu Saudara suka berkhayal tentang berenang. Tetapi kalau Saudara tidak pernah mau mencoba, apakah Saudara akan bisa berenang, walaupun teori-teori berenang sudah dikuasai??? Apakah Saudara cuma cukup berbangga:"Ah... saya 'kan bisa teori berenang." Tentu tidak, Demikian pula dengan ajaran Sang Buddha, Ajaran Sang Buddha memang sungguh luar biasa, begitu agung, begitu indah dan tidak pernah ketinggalan zaman. Tetapi kalau Saudara tidak pernah mempraktekkannya, apakah hal tersebut akan bermanfaat??? Justru dengan melaksanakan ajaran Sang Buddha, Saudara akan bisa menyelesaikan permasalahan di dalam kehidupan sehari-hari.


Lalu bagaimanakah cara menyelesaikan permasalahan kehidupan dengan ajaran Sang Buddha??? Sebetulnya ajaran Sang Buddha itu sudah terbabar di altar, hanya saja kita jarang memperhatikannya. Perlengkapan sembahyang yang dianggap kuno itu ternyata mampu menjadi salah satu medium yang dapat membabarkan Dhamma karena tersirat makna yang cukup dalam dan bisa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan:

1. Patung Sang Buddha
Patung Sang Buddha inibentuknya bermacam-macam. Ada yang menggunakan bentuk seperti payung yang adadi Candi Borobudur, ada yang menggunakan gaya India, Thailand, Srilanka, dsb.Kenapa bisa berbeda-beda? Karena sesungguhnya patung Sang Buddha bukan melambangkan/ mewujudkan manusia Siddharta Gotama. Jadi kalau Saudara berada didepan patung Sang Buddha, jangan Saudara membayangkan bahwa Sang Buddha ituseperti patung yang ada di hadapan Saudara atau yang pernah Saudara lihat.Kalau kita mengingat kembali riwayat hidup Sang Buddha, kita akan melihat bahwaketika Beliau masih menjadi bodhisatva, sesungguhnya Beliau memiliki satukehidupan yang sangat berlebihan; ada harta, tahta dan wanita. Namun PangeranSiddhattha adalah manusia yang mempunyai cara berpikir yang berbeda. KetikaBeliau menyadari bahwa hidup ini sesungguhnya tidak kekal dan tidak memuaskan,Beliau pun memutuskan untuk mencari obat yang dapat mengatasi ketuaan, sakit,lahir dan mati; walaupun sangat menderita, Beliau terus berjuang. Bahkan padasuatu hari Beliau bertekad untuk tidak akan berdiri dari tempat duduknyasebelum menemukan obat sakit, tua, lahir dan mati; dan malam itu juga Beliauberhasil menembus hakekat hidup yang tidak kekal yang disebut mencapaiNibbana/padamnya keinginan, yang sekarang diperingati setiap hari Waisak.Inilah sesungguhnya makna yang terkandung dari patung Sang Buddha yaitu lambangsemangat yang tidak pernah kenal putus asa. Ketika melihat patung Sang Buddha,hendaknya muncul semangat untuk bekerja, semangat untuk berjuang dalam meraihcita-cita. Kita bersujud di depan patung Sang Buddha adalah untuk menghormatiGuru kita yang telah mengajarkan kebenaran, jadi bukan menyembah pada patung.Dengan demikian, kita tidak akan pernah kekurangan/kehilangan semangat dalamperjuangan hidup kita.

2. Lilin
Lilin ini sesungguhnyajuga merupakan suatu lambang. Seperti lilin yang rela hancur demi menerangikegelapan, demikian juga hendaknya seorang umat Buddha mau berkorban untukkebahagiaan makhluk lain. Pengorbanan besar telah diberikan oleh Guru kita; 6tahun menderita dan membaktikan diri selama 45 tahun untuk mengajarkan Dhammasetiap hari. Kita pun sebagai murid-muridNya hendaknya bersikap demikian;seperti lilin yang menerangi kegelapan, demikian juga hendaknya kita sebagaiumat Buddha bisa menjadi pelita di dalam kehidupan bermasyarakat dengankebenaran yang dibabarkan oleh Sang Buddha.

3. Bunga
Bunga melambangkanketidak kekalan; hari ini indah dan wangi tetapi besok akan layu, lusa akanmembusuk dan dibuang. Demikian pula dengan diri kita; hari ini kita masihsehat, kuat dan cantik tetapi dengan berlalunya sang waktu; kesehatan, kekuatandan kecantikan kita pun akan berkurang. Seperti bunga yang sekarang segar,besok akan layu dan dibuang; demikian juga hendaknya kita selalu menyadaribahwa pada suatu ketika kita pun akan dibuang, berpisah dengan yang dicintaidan berkumpul dengan yang dibenci. Oleh karena itu, tidak ada gunanya kitasombong/berbesar kepala karena semua ada batasnya dan tidak kekal. Ini adalahDhamma yang dipesankan lewat altar.
4. Air
Air ini melambangkanpembersih segala kotoran. Seperti air yang membersihkan semua debu-debukekotoran; demikian juga ajaran Sang Buddha hendaknya bisa membersihkan segalakekotoran yang melekat di batin dan pikiran kita baik ketamakan, kebencianmaupun kebodohan.

Dikutip dari ww.samaggi-phala.or.id
By Bhikkhu Uttamo Mahathera

10 Oktober 2011


Namo Buddhaya...
42 Vassa (42 tahun) bukanlah waktu yang sangat singkat dan pendek dalam membabarkan Buddha Dhamma, dalam perjalan selama itu tentu bukan tidak mungkin banyak sekali rintangan dan tangtangan, tetapi beliau Y.M Bhante Jinadhammo Mahathera (Eyang) selalu tetap tersenyum dengan penuh cinta kasih menghadapinya. Bumi ANDALAS merupakan saksi mata atas semua jasa beliau dalam kiprahnya membabarkan Buddha Dhamma dari kota sampai pelosok desa. Berkat beliaulah akhirnya sekarang vihara - vihara disetiap kota berdiri dan umat Buddha Khususnya dapat melakukan aktifitas dalam menjalankan kewajibannya sebagai umat ber-Agama.

Bapak/ ibu, Saudara/ Saudari sedhamma yang berbahagia kami segenap Panitia mengundang untuk menghadiri acara Peringatan Masa Vassa Y.M Bhante Jinadhammo Mahathera yang ke - 42. yang rencananya akan kami gelar pada :

Hari/ Tanggal : Sabtu, 05 November 2011
Pukul : 09.00 Wib/ Selesai
Tempat : Meditasi Hall Indonesia Theravada Buddhist Centre (ITBC) - Cemara Asri


Hari/ Tanggal : Sabtu, 05 November 2011
Pukul : 17.00 Wib/ Selesai
  1. Pembukaan Oleh MC (Mater Ceremony)
  2. Pembukaan oleh perwakilan Sangha
  3. Kata sambutan dari Kepala Indonesia Theravada Buddhist Centre (ITBC)
  4. Kata sambutan dari Y.M Bhante Jinadhammo Mahathera
  5. Sambutan - Sambutan
  6. Pemotongan Tumpeng oleh Y.M Bhante Jinadhammo Mahathera
  7. Penutup
Pada Tanggal 05 November 2011, Pukul 21.00 Wib s/d selesai, akan diadakan malam kesenian "WAYANG KULIT" semalam suntuk dengan Dalang Kondang "Ki Anom Suroto" dari Kota Solo - Jawa Tengah.



Mettacittena
Panitia

Dayakasabha ITBC
Persaudaraan Muda - Mudi ITBC
Sekolah Minggu Buddhist ITBC

Info Lebih Lanjut :

Telp : 061-91692269


05 Oktober 2011

Jika anda melempar "BOMERANG" apa yg akan terjadi...???
Saya, Anda mungkin Semua Orang pasti pernah mengalaminya. Ketika pergi atau berkunjung kerumah sso pasti pada umumnya kita akan menerima pelayanan serta penyuguhan suatu hidangan, baik itu makanan kecil ataupun minuman.
Nah...seandainya jika kita diberikan itu semua ttpi kita tdk menerimanya dikararenakan alasan yg mendukung bkn karena keegosian atau kesombongan maka sudahlah pasti makanan, minuman yg disuguhkan kpda kita akan kembali lagi kepda pemilik yg memberinya.


Demikian jga sebaliknya, Saya, Anda dan Semua Orang pasti pernah mengalami suatu kondisi dimana kita dicaci orang, dihina orang, difitnah orang, dibenci orang, dijahatin orang. Ttpi apabila kita tdk merewesnya, tdk menggubrisnya, tdk mempedulikannya (EGP) dg suatu pandangan benar dan pikiran benar maka semua apa yg dilakukannya kpda kita niscaya akan kembali kpda mereka yg melakukannya, ibarat "BOMERANG" yg dilemparkan kemudian bomerang memutar dan kembali kpda sang pelemparnya.


Jika kita memahami hal ini maka seyogianya kita sebisa mungkin berusaha agr tdk melakukannya, Hukum Sebab Akibat dan Hukum Kamma jadikanlah suatu perenungan setiap saat dan setiap waktu. Jika kita melakukannya jgn salahkan siapa - siapa kalau semuanya akan kita rasakan sendri.

"Pelita Dhamma"
BK "4664" CO

10 September 2011

Manopubbangama Dhamma, Manosettha Manomaya
Manasa ce Pasannena, Bhasati va Karoti Va
Tato nam Sukhamanveti, Chaya va Anapayini
“Segala keadaan kita semuanya ditentukan oleh pikiran kita, dijadikan oleh pikiran kita, Pikiran kita ibarat seorang majikan, bila kita berkata dan berbuat dengan pikiran baik maka kebahagiaan akan selalu mengikuti kita, bagaikan bayangan yg tidak pernah berhenti mengikuti sang pemiliknya”
(Yamaka Vaggga - Dhammapada bab I ;2)

Pada hakikatnya manusia terlahir bukan hanya terdiri dari tubuh jasmani saja, melainkan semuanya terbentuk dari beberapa unsur atau susunan, yang mana susunan itu terdiri dari perpaduan unsur yang akhirnya membentuk badan jasmani kita. Didalam bagian – bagian tubuh jasmani tersebut pada dasarnya telah mempunyai tugas masing – masing dan kinerja yang berbeda, tetapi dari sekian banyak bagian tubuh jasmani kita ada satu komponen yang paling penting didalam keseluruhan, yaitu “PIKIRAN”
Lewat Pikiran dan akan adanya Pikiran pula maka seseorang bisa dikatakan sebagai sesosok “Manusia” jika pikiran manusia tidak sejalan sebagai mana mestinya, tidak rasional, tidak manusiawi maka ia tidak akan layak dihargai sebagai sesosok “Manusia”. Di alam semesta ini manusia adalah makhluk yang mempunyai tataran istimewa jika dibandingkan dengan makhluk – makhluk lainnya, sebab “MANUSIA” mempunyai peluang besar dan kesempatan yang mudah didalam mencapai tingkat puncak tertinggi dalam kesempurnaan.
Pikiran merupakan komponen pengontrol dan pengendali dari setiap proses perjalanan kehidupan manusia. Lewat pikiran pula seseorang bisa menjadi manusia yang seutuhnya.
“PIKIRAN” terdiri menjadi dua (2) bagian yaitu “Mano Succarita – (Pikiran Baik)” dan “Mano Duccarita – (Pikiran Jahat). Kedua bagian pikiran inilah yang akan selalu ada dan selalu tetap menyertai perjalanan kehidupan manusia.
Nasib, jodoh, kesuksesan, Harapan, keinginan dan kebahagian seseorang dapat tercapai dan dapat terealisasi semua itu difaktori oleh pikiran, karena segala sesuatu terbentuk dan tercipta lantaran Pikiran yang mendorongnya. Seyogianya seseorang harus mensyukuri dengan apa yang sudah didapatkan, karena terlahir menjadi manusia merupakan kesempatan emas yang dapat direalisasi, Sabda Sang Buddha : “ Terlahir menjadi manusia diibaratkan dengan sebuah pasir yg menempel disela – sela jari kuku, sedangkan masih banyak lagi yg tertinggal di tanah”
Tetapi semua itu kembali lagi kepada diri kita masing – masing, mau tidaknya memanfaatkan kesempatan itu. Kuncinya adalah diri kita dan Hasil yang gemilang akan dirasakan bila memang ada niat untuk mengupayakannya. Untuk itu jika kita sudah memahami kebenaran ini sudah menjadi tugas dan kewajiban kita didalam meraih apa yang kita inginkan.
Banyak orang beranggapan Pikiran bukanlah komponen atau sesuatu yang penting sehingga tidak heran sebagian besar seseorang tidak memperhatikannya. Sebagai gambaran sederhana sebuah “Hand Phone” tidak akan ada fungsinya apabila “Hand Phone” tersebut tidak ada Pulsanya, Pulsa walaupun kecil itu akan membuat kondisi yg berbeda didalam Hand Phone” Jika tubuh jasmani kita membutuhkan makanan yang bergizi untuk menopang hidup kita, tidak beda pula dengan “PIKIRAN” kita, pikiran juga membutuhkan makanan tetapi bedanya disini bukanlah makanan seperti yg sudah kita konsumsi. Melainkan makannya adalah Makanan Dhamma agar Pikiran itu dapat bekerja dan berjalan secara optimal.
Semua yang akan terjadi didalam diri kita, yang memicu adalah pikiran. Jika kita berpikir tidak baik maka hal yang tidak baik akan terjadi didalam diri kita demikian juga sebaliknya Pikiran yang baik maka hal yang baik akan terjadi didalam diri kita. Membiasakan selalu mengarahkan pikiran kearah yang baik adalah cara yang tepat untuk mendapatkan hal yang baik.
Hidarilah sebaik mungkin pikiran – pikiran buruk, pikiran – pikiran negative muncul, tekanlah persempitlah ruang gerak pikiran tidak baik agar pikiran tidak baik itu tidak menjadi virus bagi yang lainnya. “Janganlah menyerah sebelum berperang” karena menyerah sebelum berperah adalah wujud dari kelemahan dan kebodohan kita,
Ketika masalah, dilema, dan penderitaan datang melanda sederhanakanlah pikiran kita dengan bijaksana, lepaskanlah sadarilah….Janganlah diporsir didalam pikiran dengan menggenggam terlalu erat karena kalau kita menggenggamnya terlalu erat maka kita akan capek, lepaskanlah sebagai mana adanya ingat apapun bentuk pikiran dan kondisi yg ada dalam diri kita semuanya akan berlalu dan pergi.
Janganlah kita menyesalkan atau memikirkan masa yg telah lalu, atau masa yang akan datang melainkan pikirkanlah saat ini yg terjadi detik ini, menit ini, jam ini dan hari ini. Asahlah pikiran kita dengan dengan permadani agar kebahagiaan sejati kita temukan dan kegelapan akan sirna oleh sinar cahaya.

24 Agustus 2011

BERBAHAGIALAH BAGI MEREKA YANG SENANTIASA BERHARAP SEMOGA SEMUA MAKLUK BERBAHAGIA. HARAPAN POSITIF AKAN MEMBERIKAN KEINDAHAN BAGI MEREKA YANG SELALU BERPIKIR POSITIF. KARENA KEBAHAGIAAN ADA DISANA.
SENYUM ADALAH BAHASA YANG PALING INDAH DIDUNIA INI. JIKA SEMUA ORANG DIDUNIA INI TIDAK MELUPAKAN SENYUM MEREKA, KITA AKAN DAMAI DAN BAHAGIA...BEBAS DARI KEBRUTALAN, KEKERASAN, KEBIADABAN, PEPERANGAN DAN PERTIKAIAN DARI ORANG2 YANG LUPA AKAN SENYUM MEREKA. KARENA SENYUM ITU MEMBAHAGIAKAN BANYAK ORANG...TERSENYUMLAH SEBELUM BERAKHIRNYA SENYUMAN ITU. 
 
SYSTEM SEDERHANA UNTUK MENCAPAI KEBAHAGIAAN PADA HARI INI DAN SELAJUTNYA : 
1. BEBASKAN DIRIMU DARI KEBENCIAN
2. BEBASKAN DIRIMU DARI KECEMASAN
3. HIDUPLAH SEDERHANA
4. BERILAH YANG BANYAK
5. BERHARAPLAH LEBIH SEDIKIT
6.TERSENYUMLAH...OUR LOVES ARE FOR ALL...BE POSITIVE BE PURE...

MULAILAH HARI INI DENGAN MELAKUKAN HAL YG PALING TERKECIL SEBELUM KITA MELAKUKAN SESUATU YG BESAR DENGAN CINTA DAN KASIH SAYANG KITA YANG MURNI...SEBUNGKUS NASI UNTUK ORANG2 DIJALANAN...SIAPA AJA YG DISANA. SATU BAJU UNTUK KITA KUMPULKAN, AJAK TEMEN2 ANDA MENGUMPULKAN SATU BAJU SUPAYA BISA MEMBAWA KEBAHAGIAAN BAGI ORANG BANYAK.....LAKUKANLAH SAUDARA2 KU YANG TERKASIH DIDALAM DHAMMA!!!!!!!!..
 
TIDAK ADA SESUATU APAPUN SELAIN PIKIRAN ANDA SENDIRI YANG DAPAT MENGHALANGI KEMAJUAN ANDA..THE MORE YOU CHANGE, THE MORE YOU WILL GET...
JANGANLAH BERHENTI UNTUK MELAYANI DAN MEMBANTU DALAM HAL KEBAIKAN. KARENA KEBAIKAN ADALAH PERBUATAN YANG PALING BAIK DIANTARA SEMUA HAL YANG BAIK DIMUKA BUMI INI...
KEBAJIKAN ADALAH MODAL UTAMA KITA UNTUK MENENTUKAN TARGET HIDUP KITA YANG SESUNGGUHNYA. BERBUATLAH SEBELUM TERLAMBAT KARENA SEBENARNYA TIDAK ADA KATA TERLAMBAT UNTUK KITA...YANG ADA HANYA PROSES DARI PIKIRAN KITA.
CINTA ADALAH SIMBOL DARI PENYATUAN PERBEDAAN....KETIKA ORANG BENAR-BENAR MENGENAL CINTA MAKA DISANA TIDAK ADA KATA PERBEDAAN. RANGKULLAH PERBEDAAN DENGAN CINTA YANG KITA MILIKI. BIARLAH PERBEDAAN ADA DIMATA ORANG YANG TIDAK MEMILIKI CINTA TETAPI KITA YANG MEMPUNYAI CINTA LENYAPKANLAH PERBEDAAN DIMATA KITA. DAN KITA SELALU BERHARAP MEREKA, YANG TIDAK MEMILIKI CINTA, BISA BERUBAH UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN CINTA.
PERBUATAN YANG BAIK AKAN DISENANGI BANYAK ORANG, YANG SELALU INGIN BERBUAT BAIK. PERBUATAN BURUK AKAN DISENANGI MEREKA YANG INGIN BERBUAT BURUK. SEMUA ITU ADALAH RELATIF. TIDAK ADA YANG BAIK DAN TIDAK ADA YANG BURUK. BAIK DAN BURUK KITA SENDIRILAH PENENTUNYA.
KEPEDULIAN ADALAH BENTUK DARI KEHARMONISAN. DAN KEHARMONISAN ADALAH BENTUK DARI RASA CINTA DAN KASIH SAYANG. PEDULILAH TERHADAP SESAMA JIKA KITA INGIN MENUNJUKKAN RASA CINTA DAN KASIH SAYANG KITA KEPADA MEREKA.
CINTAILAH CINTA...JIKA KITA INGIN BERBAHAGIA. KARENA SESUNGGUHNYA CINTA MENGALAHKAN SEGALA-GALANYA. CINTA TANPA KECEMBURUAN, TANPA KEBENCIAN, TANPA MENGENAL KEKISRUHAN....SESUNGGUHNYA ITULAH YANG NAMANYA CINTA.
TAK SEORANGPUN DOKTER DIDUNIA INI YANG BISA MENYUNTIK SUPAYA HATI KITA BISA TENANG, BAHAGIA DAN PENUH KEDAMAIAN, DAN TAK SEORANGPUN DIDUNIA INI YANG MENJUAL KEDAMAIAN HATI. TETAPI SEMUA ITU MUNCUL DARI DIRI SENDIRI MELALUI PIKIRAN YANG TERKENDALI.

CINTAILAH DIRI SENDIRI SEBAGAIMANA ADANYA. ORANG YANG SADAR AKAN SANGAT MENCINTAI DIRI SENDIRI KARENA TANPA DIRI INI KITA TIDAK BISA MENCINTAI ORANG LAIN. KALO ANDA INGIN EGOIS..MAKA EGOISLAH SECARA POSITIF, JANGAN EGOIS SECARA PICIK.

KETENANGAN AKAN LEBIH CEPAT MENGHASILKAN KEBAHAGIAAN DAN KEBIJAKSANAAN DARIPADA PEMIKIRAN SEMATA.
LEBIH MUDAH MENCARI KESALAHAN ORANG LAIN KETIMBANG KESALAHAN DIRI SENDIRI. ITU SEBABNYA DIRI INI SEMAKIN JAUH DARI SANG JALAN.
LEBIH BAIK KITA MENYALAHKAN DIRI SENDIRI KETIKA MELIHAT KEGAGALAN ORANG LAIN DARIPADA MENYALAHKAN ORANG LAIN ATAS KEGAGALAN DIRI KITA. DISANALAH SANG JALAN AKAN DEKAT DENGAN DIRI KITA.

KESADARAN AKAN MEMBUAHKAN KEBAHAGIAAN. ORANG YANG SADAR AKAN MENGETAHUI SEGALA KESALAHAN DAN KEKURANGANNYA, MENYINGKAP KEBURUKAN YANG ADA, MEMBANGKITKAN TALENTA YANG ADA, AKAN MENCINTAI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN, DAN AKAN MEMBUKA MASA DEPAN YANG INDAH DAN CEMERLANG DIDALAM HIDUPNYA.
“Yo ca upapatitam atthi, Kippameva nabujjhati, Amittavasamanveti, Pacchava anutappati” Orang yang tidak mampu membaca permasalahan yang terjadi dengan cekatan niscaya akan terperangkap dalam kekuasaan musuh, dan akan menyesal belakangan.
(KHUDDAKA NIKAYA, JATAKA I;143)

Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan materi, maka cobalah kita perhatikan seekor burung. Setiap pagi, burung keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak terbayang sebelumnya, kemana dan dimana, dia harus mencari makanan yang diperlukan. Adakalanya, dia pulang dengan perut kenyang dan membawa makanan buat keluarganya. tetapi adakalanya, makanan itu hanya cukup buat keluarganya, sementara dia harus puasa. Bahkan sering kali, dia pulang tanpa memabawa apa – apa buat keluarganya sehingga dia dan keluarganya, harus berpuasa.
Meskipun Burung lebih sering, mengalami kekurangan makanan karena tidak tidak punya kantor yang tetap, apalagi setelah lahannya banyak yang diserobot manusia, namun yang jelas “kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri”. Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba – tiba menukik, membenturkan kepalanya kebatu cadas. Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba – tiba menenggelamkan diri kedalam sungai. Kita tidak pernah melihat ada burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderitaanya.
“Yang kita lihat burung tetap optimis, dalam menjalani hidupnya”. Walaupun kelaparan, tiap pagi dia tetap berkicau dengan merdunya. Tampaknya, burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu berada diatas dan dilain waktu terhempas kebawah. Suatu waktu berkelebihan dan dilain waktu kekurangan. Sewaktu – waktu kekenyangan dan dilain waktu kelaparan. Sekarang, marilah kita lihat hewan yang lebih lemah dari buraung yaitu “Cacing”.
Kalau kita perhatikan, binatang ini, seoalah – olah tidak mempunyai saranan yang layak untuk survive untuk bertahan hidup. Dia tidak mempunyai kaki, tangan, tanduk atau bahkan mungkin dia juga tidak mempunyai mata dan telinga. Tetapi, dia adalah maklhuk hidup juga dan sama dengan maklhuk hidup lainnya, dia mempunyai perut yang apabila tidk diisi maka dia akan mati.
Dengan segala keterbatasannya, cacing tidak pernah putus asa dan frustasi untuk mencari makan. Tidak pernah kita menyaksikan, cacing yang membentur – benturkan kepalanya ke bebatuaan. Sekarang kita lihat diri kita…???? Kalau kita bandingkan dengan “Burung & Cacing” maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah, jauh lebih canggih. Tetapi kenapa manusia yang dibekali dengan banyak kelebihan ini, sering kali kalah dari “Burung atau Cacing”???
Mengapa, banyak manusia yang mudah putus asa, lalu berpikir dangkal sehingga melakukan tindakan – tindakan yang tidak tepat dengan cara mengakhiri hidupnya/ bunuh diri, (Baygon pun sudah rasa orange, lompat tinggi sekarang ga tanggung2 loh - lompat dari ats gedung San Plaza). Dalam menghadapi permasalah dan kesulitan seperti itu…??? Padahal rasa – rasanya belum pernah kita melihat, burubg dan cacing yang bunuh diri karena putus asa. Rupa – rupanya kita perlu banyak belajar dari burung dan cacing.
Hidup yang indah ini, haruslah diperjuangkan dengan semangat (Viriya) pantang menyerah agar gerbang kesuksesan dan kebahagiaan (Sukkha) kita raih…Semua tantangan dan rintangan adalah media atau sarana yang sangat efektif untuk mencapai kebahagiaan dan kesuksesan hidup… Winston Churchill mengatakan bahwa “Succses is the ability, to go from one failure, to another, with no loss of enthusiasm – kesuksesan adalah kemampuan untuk berpindah dari suatu kegagalan ke kegagalan lain tanpa kehilangan antusiasmu”.
Jadi, apapun yang terjadi, hadapilah semuanya dengan senyuman dan semangat yang pantang menyerah. Lari dari kenyataan atau realita hidup, bukan saja bebas dari penderitaan (dukkha) tetapi juga akan menimbulkan permasalahan yang baru. Realitanya, easy came – easy go : semakin mudah diraih, akan semakin mudah terlupakan. Jika segala sesuatunya dapat diraih dengan perjuangan yang pantang menyerah maka rasa puas dan kebahagian akan bisa dirasakan. Ini adalah awal dari kesuksesan.
“Kammam vijja ca, Dhammo ca, Silam jivittamuttamam, Etena macca sujjhanti, Na gottena dhanena va” orang tersucikan bukanlah karena kelahiran (keturunan) atau mempunyai harta benda yang melimpah, malainkan… pengetahuan dhamma, kesilaan/ moralitas, penghidupan yang luhur/ bekerja dengan baik.
SAMYUTA NIKAYA, SAGATHAVAGA 147
Sabbe Satta Sabba Dukkha Pamuccantu
Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitata
Semoga semua maklhuk terbebas dari penderitaan
Dan semoga semua maklhuk senantiasa berbahagia
Sadhu….Sadhu….Sadhu…

Sebagai umat Buddha, yang telah menyatakan berlindung kepada Sang Tiratana, kita mempunyai kewajiban untuk datang ke vihara, minimal satu kali dalam satu minggu. Hal ini sangatlah penting, karena di vihara kita dapat melakukan perbuatan-perbuatan baik yang bermanfaat untuk perkembangan batin kita, antara lain membacakan Paritta-Paritta Suci, bermeditasi, mendengarkan Dhammadesana, berdana dan perbuatan-perbuatan baik lainnya. Di vihara, kita juga dapat melakukan hubungan sosial masyarakat, terutama dengan sesama umat Buddha, bergaul, bertukar pengalaman, bekerjasama, tolong menolong, dan sebagainya.

Lima Dhammasavanânisamsa

Mendengarkan Dhamma, merupakan hal penting yang dapat kita ikuti saat mengikuti puja bakti di vihara. Sang Buddha, dalam khotbah-Nya tentang Berkah Utama (Mangala Sutta) menyatakan "Kalena Dhammasavanam, Etammangalamuttamam" yang artinya mendengarkan Dhamma pada saat yang sesuai adalah Berkah Utama. Di Indonesia, kita mempunyai Dhammaduta (pembabar Dhamma) dengan jumlah yang masih terbatas baik itu bhikkhu, samanera, pandita, baik yang handal maupun yang masih belajar. Tentunya masing-masing Dhammaduta memiliki kemampuan yang berbeda, pengalaman dan cara penyampaian yang berbeda pula. Sebagian dari kita suka pilih-pilih Dhammaduta, ketika mendengarkan Dhamma. Kalau yang tampil adalah favorit kita, maka kita akan duduk berlama-lama mendengarkan Dhamma. Sebaliknya, tak mau mendengarkan, bosan dan memilih pulang ketika pembabaran Dhamma baru saja dimulai, jika pembabarnya buka favorit kita. Sebenarnya, ketika kita mendengarkan Dhamma, yang terpenting adalah Dhamma yang disampaikannya bukannya melihat orang yang membabarkan, tua, muda atau masih belajar.

Dalam Angutara Nikâya III, 2482, Sang Buddha menjelaskan ada lima manfaat dari mendengarkan Dhamma (Dhammasavananisamsa), yaitu:

  • Asuttam Sunati : mendengarkan hal-hal yang belum pernah kita dengar atau ketahui dan mendapat pengetahuan Dhamma yang baru. penting sekali bagi kita untuk mempelajari dhamma, agar dapat mengetahui dan memberikan gambaran yang tepat tentang Buddha Dhamma dan menghindari persepsi-persepsi yang salah kepada saudara kita yang lain.
  • Sutam Pariyodapeti : hal-hal yang pernah kita dengar,tapi belum jelas,dan kita dengar kembali,akan menjadi lebih jelas lagi.Janganlah kita pernah bosan untuk mempelajari Dhamma, karena Dhamma mengundang untuk dibuktikan (Ehipassiko).
  • Kankam Vihanati : Dengan mendengarkan dhamma, keragu-raguan kita kepada Sang Tiratana dapat hilang dan keyakinan dapat bertambah.
  • Ditthi ujum karoti : Mendengarkan Dhamma dapat membuat kita memiliki pengertian benar. Pengertian benar adalah hal pertama dari Jalan Mulia Beruas Delapan (Ariya Atthangika Magga).bagian dari Paññâ/Kebijaksanaan. Sebagai umat Buddha,kita diajarkan untuk memiliki pengertian benar (Samma Ditthi) dan bukan pengertian salah (Miccha Ditthi)
  • Cittamassa pasidati : Dengan mendengarkan Dhamma, pikiran kita akan tenang dan bahagia. Di vihara, kita membacakan Paritta-Paritta Suci yang merupakan Dhamma yang pernah disampaikan oleh Sang Buddha, kemudian bermeditasi dan mendengarkan Dhamma, dapat membuat kegelisahan batin berkurang, dan berganti dengan ketenangan dan kebahagiaan.


"Sikap Ketika Mendengarkan Dhamma"

Ketika ada pembabaran dhamma,banyak di antara kita yang bersikap kurang sopan bahkan tidak pantas. Jika pembabaran Dhamma dimulai, sebaiknya lakukan hal-hal berikut :

  • Duduklah dengan sopan (bersila/setengah sila, tangan diletakkan di atas pangkuan)
  • Tidak berbicara atau mengobrol dengan kawan di sebelah, tetapi menyimak dengan penuh perhatian dan tidak membuat kegaduhan, dan hal-hal tidak pantas lainnya yang mungkin dapat mengganggu jalannya pembabaran Dhamma. Bagi para bhikkhu atau samanera, ada enam belas peraturan tentang cara mengajar Dhamma (Dhammadesana-patisamyutta), yang terdapat dalam Sekhiya Dhamma, yaitu : Seorang bhikkhu atau samanera tidak akan mengajarkan Dhamma kepada orang yang :
1. Memegang payung
2. Memegang tongkat
3. Memegang pisau
4.
Memegang senjata
5.
Memakai sandal kayu
6.
Memakai sepatu di tempat yang lebih rendah
7.
Berada dalam kendaraan
8.
Berada di tempat baringan
9.
Duduk merangkul lutut
10.
Mengenakan penutup kepala
11.
Kepala terbungkus
12.
Duduk di kursi sedangkan bhikkhu/samanera duduk di lantai
13.
Duduk di tempat yang tinggi sedangkan bhikkhu/samanera duduk yang rendah
14.
Duduk, sedangkan bhikkhu/samanera berdiri
15.
Berjalan di depan sedangkan bhikkhu/samanera berjalan di belakang
16.
Berjalan di seberang jalan sebelah sana, sedangkan bhikkhu/samanera berjalan di seberang sini, kecuali jika si pendengar sakit. Sang Buddha kemudian menjelaskan tentang hal-hal yang menghalangi orang untuk dapat mengerti Dhamma, yaitu nafsu (raga), kebencian (dosa), dan kebodohan (moha).

Nafsu membakar seseorang, tidak ada api sepanas nafsu. Dunia mungkin saja terbakar ketika tujuh matahari muncul di angkasa, namun nafsu selalu membakar tanpa henti. Beliau kemudian membabarkan syair Dhammapada, ayat 251 :

"Tiada api yang dapat menyamai nafsu, tiada cengkeraman yang dapat menyamai kebencian, tiada jaring yang dapat menyamai ketidaktahuan, dan tiada arus sederas nafsu keinginan."

Sang Budddha juga mengingatkan bahwa seseorang haruslah penuh perhatian untuk dapat memahami Dhamma karena banyak sekali orang yang tidak dapat menjalankan hal ini.

Kesimpulan
Setelah kita mendengarkan atau mempelajari Dhamma (Pariyatti Dhamma), yang hendaknya dilakukan adalah mempraktikkannya (Patipatti Dhamma) sesuai dengan teori yang didapat. Jika kita hanya mampu menguasai Dhamma (teori), tetapi tidak pernah mempraktikkannya maka manfaat Dhamma akan menjadi sangat kecil dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Tahap selanjutnya adalah: penting sekali penguasaan dari teori-teori itu untuk dipraktikkan (Patipatti Dhamma. Setelah dua hal ini kita laksanakan, maka buah/pahala Dhamma, yaitu Pativedha Dhamma adalah: lenyapnya nafsu, tercapainya kedamaian dan kebahagiaan/Nibbâna dapat terealisasi. Daripada sekadar menjadi seorang ahli Dhamma, yang hanya jago berdebat dengan ego yang menggunung, batin kita tidak mengalami kedewasaan,kita masih cengeng dalam menghadapi persoalan hidup.

Renungan
"Walaupun seseorang banyak membaca kitab suci, tapi tidak berbuat sesuai Ajaran, maka orang yang lengah itu, seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain. Ia tidak akan memperoleh manfaat kehidupan suci. Walaupun seseorang hanya sedikit membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai dengan Ajaran, menyingkirkan nafsu, kebencian dan kebodohan, memiliki pengertian benar dan batin yang bebas dari nafsu, tidak memiliki kemelekatan, maka ia akan memperoleh manfaat dari kehidupan suci"

(Dhammapada I, 19 - 20)

Sebagai umat Buddha, yang telah menyatakan berlindung kepada Sang Tiratana, kita mempunyai kewajiban untuk datang ke vihara, minimal satu kali dalam satu minggu. Hal ini sangatlah penting, karena di vihara kita dapat melakukan perbuatan-perbuatan baik yang bermanfaat untuk perkembangan batin kita, antara lain membacakan Paritta-Paritta Suci, bermeditasi, mendengarkan Dhammadesana, berdana dan perbuatan-perbuatan baik lainnya. Di vihara, kita juga dapat melakukan hubungan sosial masyarakat, terutama dengan sesama umat Buddha, bergaul, bertukar pengalaman, bekerjasama, tolong menolong, dan sebagainya.
Lima Dhammasavanânisamsa
Mendengarkan Dhamma, merupakan hal penting yang dapat kita ikuti saat mengikuti puja bakti di vihara. Sang Buddha, dalam khotbah-Nya tentang Berkah Utama (Mangala Sutta) menyatakan "Kalena Dhammasavanam, Etammangalamuttamam" yang artinya mendengarkan Dhamma pada saat yang sesuai adalah Berkah Utama. Di Indonesia, kita mempunyai Dhammaduta (pembabar Dhamma) dengan jumlah yang masih terbatas baik itu bhikkhu, samanera, pandita, baik yang handal maupun yang masih belajar. Tentunya masing-masing Dhammaduta memiliki kemampuan yang berbeda, pengalaman dan cara penyampaian yang berbeda pula. Sebagian dari kita suka pilih-pilih Dhammaduta, ketika mendengarkan Dhamma. Kalau yang tampil adalah favorit kita, maka kita akan duduk berlama-lama mendengarkan Dhamma. Sebaliknya, tak mau mendengarkan, bosan dan memilih pulang ketika pembabaran Dhamma baru saja dimulai, jika pembabarnya buka favorit kita. Sebenarnya, ketika kita mendengarkan Dhamma, yang terpenting adalah Dhamma yang disampaikannya bukannya melihat orang yang membabarkan, tua, muda atau masih belajar.
Dalam Angutara Nikâya III, 2482, Sang Buddha menjelaskan ada lima manfaat dari mendengarkan Dhamma (Dhammasavananisamsa), yaitu:
  • Asuttam Sunati : mendengarkan hal-hal yang belum pernah kita dengar atau ketahui dan mendapat pengetahuan Dhamma yang baru. penting sekali bagi kita untuk mempelajari dhamma, agar dapat mengetahui dan memberikan gambaran yang tepat tentang Buddha Dhamma dan menghindari persepsi-persepsi yang salah kepada saudara kita yang lain.
  • Sutam Pariyodapeti : hal-hal yang pernah kita dengar,tapi belum jelas,dan kita dengar kembali,akan menjadi lebih jelas lagi.Janganlah kita pernah bosan untuk mempelajari Dhamma, karena Dhamma mengundang untuk dibuktikan (Ehipassiko).
  • Kankam Vihanati : Dengan mendengarkan dhamma, keragu-raguan kita kepada Sang Tiratana dapat hilang dan keyakinan dapat bertambah.
  • Ditthi ujum karoti : Mendengarkan Dhamma dapat membuat kita memiliki pengertian benar. Pengertian benar adalah hal pertama dari Jalan Mulia Beruas Delapan (Ariya Atthangika Magga).bagian dari Paññâ/Kebijaksanaan. Sebagai umat Buddha,kita diajarkan untuk memiliki pengertian benar (Samma Ditthi) dan bukan pengertian salah (Miccha Ditthi)
  • Cittamassa pasidati : Dengan mendengarkan Dhamma, pikiran kita akan tenang dan bahagia. Di vihara, kita membacakan Paritta-Paritta Suci yang merupakan Dhamma yang pernah disampaikan oleh Sang Buddha, kemudian bermeditasi dan mendengarkan Dhamma, dapat membuat kegelisahan batin berkurang, dan berganti dengan ketenangan dan kebahagiaan.

Sikap Ketika Mendengarkan Dhamma
Ketika ada pembabaran dhamma,banyak di antara kita yang bersikap kurang sopan bahkan tidak pantas. Jika pembabaran Dhamma dimulai, sebaiknya lakukan hal-hal berikut :
Ø Duduklah dengan sopan (bersila/setengah sila, tangan diletakkan di atas pangkuan)
Ø Tidak berbicara atau mengobrol dengan kawan di sebelah, tetapi menyimak dengan penuh perhatian dan tidak membuat kegaduhan, dan hal-hal tidak pantas lainnya yang mungkin dapat mengganggu jalannya pembabaran Dhamma. Bagi para bhikkhu atau samanera, ada enam belas peraturan tentang cara mengajar Dhamma (Dhammadesana-patisamyutta), yang terdapat dalam Sekhiya Dhamma, yaitu:

Seorang bhikkhu atau samanera tidak akan mengajarkan Dhamma kepada orang yang:
1. Memegang payung
2. Memegang tongkat
3. Memegang pisau
4. Memegang senjata
5. Memakai sandal kayu
6. Memakai sepatu di tempat yang lebih rendah
7. Berada dalam kendaraan
8. Berada di tempat baringan
9. Duduk merangkul lutut
10. Mengenakan penutup kepala
11. Kepala terbungkus
12. Duduk di kursi sedangkan bhikkhu/samanera duduk di lantai
13. Duduk di tempat yang tinggi sedangkan bhikkhu/samanera duduk yang rendah
14. Duduk, sedangkan bhikkhu/samanera berdiri
15. Berjalan di depan sedangkan bhikkhu/samanera berjalan di belakang
16. Berjalan di seberang jalan sebelah sana, sedangkan bhikkhu/samanera berjalan di seberang sini, kecuali jika si pendengar sakit. Sang Buddha kemudian menjelaskan tentang hal-hal yang menghalangi orang untuk dapat mengerti Dhamma, yaitu nafsu (raga), kebencian (dosa), dan kebodohan (moha).
Nafsu membakar seseorang, tidak ada api sepanas nafsu. Dunia mungkin saja terbakar ketika tujuh matahari muncul di angkasa, namun nafsu selalu membakar tanpa henti. Beliau kemudian membabarkan syair Dhammapada, ayat 251 :
"Tiada api yang dapat menyamai nafsu, tiada cengkeraman yang dapat menyamai kebencian, tiada jaring yang dapat menyamai ketidaktahuan, dan tiada arus sederas nafsu keinginan."
Sang Budddha juga mengingatkan bahwa seseorang haruslah penuh perhatian untuk dapat memahami Dhamma karena banyak sekali orang yang tidak dapat menjalankan hal ini.
Kesimpulan
Setelah kita mendengarkan atau mempelajari Dhamma (Pariyatti Dhamma), yang hendaknya dilakukan adalah mempraktikkannya (Patipatti Dhamma) sesuai dengan teori yang didapat. Jika kita hanya mampu menguasai Dhamma (teori), tetapi tidak pernah mempraktikkannya maka manfaat Dhamma akan menjadi sangat kecil dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Tahap selanjutnya adalah: penting sekali penguasaan dari teori-teori itu untuk dipraktikkan (Patipatti Dhamma. Setelah dua hal ini kita laksanakan, maka buah/pahala Dhamma, yaitu Pativedha Dhamma adalah: lenyapnya nafsu, tercapainya kedamaian dan kebahagiaan/Nibbâna dapat terealisasi. Daripada sekadar menjadi seorang ahli Dhamma, yang hanya jago berdebat dengan ego yang menggunung, batin kita tidak mengalami kedewasaan,kita masih cengeng dalam menghadapi persoalan hidup.
Renungan
"Walaupun seseorang banyak membaca kitab suci, tapi tidak berbuat sesuai Ajaran, maka orang yang lengah itu, seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain. Ia tidak akan memperoleh manfaat kehidupan suci. Walaupun seseorang hanya sedikit membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai dengan Ajaran, menyingkirkan nafsu, kebencian dan kebodohan, memiliki pengertian benar dan batin yang bebas dari nafsu, tidak memiliki kemelekatan, maka ia akan memperoleh manfaat dari kehidupan suci"
(Dhammapada I, 19 - 20)