"Aku tidak mengajar untuk menjadikanmu sebagai murid-Ku. Aku tidak tertarik untuk membuatmu menjadi murid-Ku. Aku tidak tertarik untuk memutuskan hubunganmu dengan gurumu yang lama. Aku bahkan tidak tertarik untuk mengubah tujuanmu, karena setiap orang ingin lepas dari penderitaan. Cobalah apa yang telah Kutemukan ini, dan nilailah oleh dirimu sendiri. Jika itu baik bagimu, terimalah. Jika tidak, janganlah engkau terima." (Digha Nikaya 25 : Patika Vagga ; Udumbarika - Sīhanāda Sutta)



24 Agustus 2011

BERBAHAGIALAH BAGI MEREKA YANG SENANTIASA BERHARAP SEMOGA SEMUA MAKLUK BERBAHAGIA. HARAPAN POSITIF AKAN MEMBERIKAN KEINDAHAN BAGI MEREKA YANG SELALU BERPIKIR POSITIF. KARENA KEBAHAGIAAN ADA DISANA.
SENYUM ADALAH BAHASA YANG PALING INDAH DIDUNIA INI. JIKA SEMUA ORANG DIDUNIA INI TIDAK MELUPAKAN SENYUM MEREKA, KITA AKAN DAMAI DAN BAHAGIA...BEBAS DARI KEBRUTALAN, KEKERASAN, KEBIADABAN, PEPERANGAN DAN PERTIKAIAN DARI ORANG2 YANG LUPA AKAN SENYUM MEREKA. KARENA SENYUM ITU MEMBAHAGIAKAN BANYAK ORANG...TERSENYUMLAH SEBELUM BERAKHIRNYA SENYUMAN ITU. 
 
SYSTEM SEDERHANA UNTUK MENCAPAI KEBAHAGIAAN PADA HARI INI DAN SELAJUTNYA : 
1. BEBASKAN DIRIMU DARI KEBENCIAN
2. BEBASKAN DIRIMU DARI KECEMASAN
3. HIDUPLAH SEDERHANA
4. BERILAH YANG BANYAK
5. BERHARAPLAH LEBIH SEDIKIT
6.TERSENYUMLAH...OUR LOVES ARE FOR ALL...BE POSITIVE BE PURE...

MULAILAH HARI INI DENGAN MELAKUKAN HAL YG PALING TERKECIL SEBELUM KITA MELAKUKAN SESUATU YG BESAR DENGAN CINTA DAN KASIH SAYANG KITA YANG MURNI...SEBUNGKUS NASI UNTUK ORANG2 DIJALANAN...SIAPA AJA YG DISANA. SATU BAJU UNTUK KITA KUMPULKAN, AJAK TEMEN2 ANDA MENGUMPULKAN SATU BAJU SUPAYA BISA MEMBAWA KEBAHAGIAAN BAGI ORANG BANYAK.....LAKUKANLAH SAUDARA2 KU YANG TERKASIH DIDALAM DHAMMA!!!!!!!!..
 
TIDAK ADA SESUATU APAPUN SELAIN PIKIRAN ANDA SENDIRI YANG DAPAT MENGHALANGI KEMAJUAN ANDA..THE MORE YOU CHANGE, THE MORE YOU WILL GET...
JANGANLAH BERHENTI UNTUK MELAYANI DAN MEMBANTU DALAM HAL KEBAIKAN. KARENA KEBAIKAN ADALAH PERBUATAN YANG PALING BAIK DIANTARA SEMUA HAL YANG BAIK DIMUKA BUMI INI...
KEBAJIKAN ADALAH MODAL UTAMA KITA UNTUK MENENTUKAN TARGET HIDUP KITA YANG SESUNGGUHNYA. BERBUATLAH SEBELUM TERLAMBAT KARENA SEBENARNYA TIDAK ADA KATA TERLAMBAT UNTUK KITA...YANG ADA HANYA PROSES DARI PIKIRAN KITA.
CINTA ADALAH SIMBOL DARI PENYATUAN PERBEDAAN....KETIKA ORANG BENAR-BENAR MENGENAL CINTA MAKA DISANA TIDAK ADA KATA PERBEDAAN. RANGKULLAH PERBEDAAN DENGAN CINTA YANG KITA MILIKI. BIARLAH PERBEDAAN ADA DIMATA ORANG YANG TIDAK MEMILIKI CINTA TETAPI KITA YANG MEMPUNYAI CINTA LENYAPKANLAH PERBEDAAN DIMATA KITA. DAN KITA SELALU BERHARAP MEREKA, YANG TIDAK MEMILIKI CINTA, BISA BERUBAH UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN CINTA.
PERBUATAN YANG BAIK AKAN DISENANGI BANYAK ORANG, YANG SELALU INGIN BERBUAT BAIK. PERBUATAN BURUK AKAN DISENANGI MEREKA YANG INGIN BERBUAT BURUK. SEMUA ITU ADALAH RELATIF. TIDAK ADA YANG BAIK DAN TIDAK ADA YANG BURUK. BAIK DAN BURUK KITA SENDIRILAH PENENTUNYA.
KEPEDULIAN ADALAH BENTUK DARI KEHARMONISAN. DAN KEHARMONISAN ADALAH BENTUK DARI RASA CINTA DAN KASIH SAYANG. PEDULILAH TERHADAP SESAMA JIKA KITA INGIN MENUNJUKKAN RASA CINTA DAN KASIH SAYANG KITA KEPADA MEREKA.
CINTAILAH CINTA...JIKA KITA INGIN BERBAHAGIA. KARENA SESUNGGUHNYA CINTA MENGALAHKAN SEGALA-GALANYA. CINTA TANPA KECEMBURUAN, TANPA KEBENCIAN, TANPA MENGENAL KEKISRUHAN....SESUNGGUHNYA ITULAH YANG NAMANYA CINTA.
TAK SEORANGPUN DOKTER DIDUNIA INI YANG BISA MENYUNTIK SUPAYA HATI KITA BISA TENANG, BAHAGIA DAN PENUH KEDAMAIAN, DAN TAK SEORANGPUN DIDUNIA INI YANG MENJUAL KEDAMAIAN HATI. TETAPI SEMUA ITU MUNCUL DARI DIRI SENDIRI MELALUI PIKIRAN YANG TERKENDALI.

CINTAILAH DIRI SENDIRI SEBAGAIMANA ADANYA. ORANG YANG SADAR AKAN SANGAT MENCINTAI DIRI SENDIRI KARENA TANPA DIRI INI KITA TIDAK BISA MENCINTAI ORANG LAIN. KALO ANDA INGIN EGOIS..MAKA EGOISLAH SECARA POSITIF, JANGAN EGOIS SECARA PICIK.

KETENANGAN AKAN LEBIH CEPAT MENGHASILKAN KEBAHAGIAAN DAN KEBIJAKSANAAN DARIPADA PEMIKIRAN SEMATA.
LEBIH MUDAH MENCARI KESALAHAN ORANG LAIN KETIMBANG KESALAHAN DIRI SENDIRI. ITU SEBABNYA DIRI INI SEMAKIN JAUH DARI SANG JALAN.
LEBIH BAIK KITA MENYALAHKAN DIRI SENDIRI KETIKA MELIHAT KEGAGALAN ORANG LAIN DARIPADA MENYALAHKAN ORANG LAIN ATAS KEGAGALAN DIRI KITA. DISANALAH SANG JALAN AKAN DEKAT DENGAN DIRI KITA.

KESADARAN AKAN MEMBUAHKAN KEBAHAGIAAN. ORANG YANG SADAR AKAN MENGETAHUI SEGALA KESALAHAN DAN KEKURANGANNYA, MENYINGKAP KEBURUKAN YANG ADA, MEMBANGKITKAN TALENTA YANG ADA, AKAN MENCINTAI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN, DAN AKAN MEMBUKA MASA DEPAN YANG INDAH DAN CEMERLANG DIDALAM HIDUPNYA.
“Yo ca upapatitam atthi, Kippameva nabujjhati, Amittavasamanveti, Pacchava anutappati” Orang yang tidak mampu membaca permasalahan yang terjadi dengan cekatan niscaya akan terperangkap dalam kekuasaan musuh, dan akan menyesal belakangan.
(KHUDDAKA NIKAYA, JATAKA I;143)

Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan materi, maka cobalah kita perhatikan seekor burung. Setiap pagi, burung keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak terbayang sebelumnya, kemana dan dimana, dia harus mencari makanan yang diperlukan. Adakalanya, dia pulang dengan perut kenyang dan membawa makanan buat keluarganya. tetapi adakalanya, makanan itu hanya cukup buat keluarganya, sementara dia harus puasa. Bahkan sering kali, dia pulang tanpa memabawa apa – apa buat keluarganya sehingga dia dan keluarganya, harus berpuasa.
Meskipun Burung lebih sering, mengalami kekurangan makanan karena tidak tidak punya kantor yang tetap, apalagi setelah lahannya banyak yang diserobot manusia, namun yang jelas “kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri”. Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba – tiba menukik, membenturkan kepalanya kebatu cadas. Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba – tiba menenggelamkan diri kedalam sungai. Kita tidak pernah melihat ada burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderitaanya.
“Yang kita lihat burung tetap optimis, dalam menjalani hidupnya”. Walaupun kelaparan, tiap pagi dia tetap berkicau dengan merdunya. Tampaknya, burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu berada diatas dan dilain waktu terhempas kebawah. Suatu waktu berkelebihan dan dilain waktu kekurangan. Sewaktu – waktu kekenyangan dan dilain waktu kelaparan. Sekarang, marilah kita lihat hewan yang lebih lemah dari buraung yaitu “Cacing”.
Kalau kita perhatikan, binatang ini, seoalah – olah tidak mempunyai saranan yang layak untuk survive untuk bertahan hidup. Dia tidak mempunyai kaki, tangan, tanduk atau bahkan mungkin dia juga tidak mempunyai mata dan telinga. Tetapi, dia adalah maklhuk hidup juga dan sama dengan maklhuk hidup lainnya, dia mempunyai perut yang apabila tidk diisi maka dia akan mati.
Dengan segala keterbatasannya, cacing tidak pernah putus asa dan frustasi untuk mencari makan. Tidak pernah kita menyaksikan, cacing yang membentur – benturkan kepalanya ke bebatuaan. Sekarang kita lihat diri kita…???? Kalau kita bandingkan dengan “Burung & Cacing” maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah, jauh lebih canggih. Tetapi kenapa manusia yang dibekali dengan banyak kelebihan ini, sering kali kalah dari “Burung atau Cacing”???
Mengapa, banyak manusia yang mudah putus asa, lalu berpikir dangkal sehingga melakukan tindakan – tindakan yang tidak tepat dengan cara mengakhiri hidupnya/ bunuh diri, (Baygon pun sudah rasa orange, lompat tinggi sekarang ga tanggung2 loh - lompat dari ats gedung San Plaza). Dalam menghadapi permasalah dan kesulitan seperti itu…??? Padahal rasa – rasanya belum pernah kita melihat, burubg dan cacing yang bunuh diri karena putus asa. Rupa – rupanya kita perlu banyak belajar dari burung dan cacing.
Hidup yang indah ini, haruslah diperjuangkan dengan semangat (Viriya) pantang menyerah agar gerbang kesuksesan dan kebahagiaan (Sukkha) kita raih…Semua tantangan dan rintangan adalah media atau sarana yang sangat efektif untuk mencapai kebahagiaan dan kesuksesan hidup… Winston Churchill mengatakan bahwa “Succses is the ability, to go from one failure, to another, with no loss of enthusiasm – kesuksesan adalah kemampuan untuk berpindah dari suatu kegagalan ke kegagalan lain tanpa kehilangan antusiasmu”.
Jadi, apapun yang terjadi, hadapilah semuanya dengan senyuman dan semangat yang pantang menyerah. Lari dari kenyataan atau realita hidup, bukan saja bebas dari penderitaan (dukkha) tetapi juga akan menimbulkan permasalahan yang baru. Realitanya, easy came – easy go : semakin mudah diraih, akan semakin mudah terlupakan. Jika segala sesuatunya dapat diraih dengan perjuangan yang pantang menyerah maka rasa puas dan kebahagian akan bisa dirasakan. Ini adalah awal dari kesuksesan.
“Kammam vijja ca, Dhammo ca, Silam jivittamuttamam, Etena macca sujjhanti, Na gottena dhanena va” orang tersucikan bukanlah karena kelahiran (keturunan) atau mempunyai harta benda yang melimpah, malainkan… pengetahuan dhamma, kesilaan/ moralitas, penghidupan yang luhur/ bekerja dengan baik.
SAMYUTA NIKAYA, SAGATHAVAGA 147
Sabbe Satta Sabba Dukkha Pamuccantu
Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitata
Semoga semua maklhuk terbebas dari penderitaan
Dan semoga semua maklhuk senantiasa berbahagia
Sadhu….Sadhu….Sadhu…

Sebagai umat Buddha, yang telah menyatakan berlindung kepada Sang Tiratana, kita mempunyai kewajiban untuk datang ke vihara, minimal satu kali dalam satu minggu. Hal ini sangatlah penting, karena di vihara kita dapat melakukan perbuatan-perbuatan baik yang bermanfaat untuk perkembangan batin kita, antara lain membacakan Paritta-Paritta Suci, bermeditasi, mendengarkan Dhammadesana, berdana dan perbuatan-perbuatan baik lainnya. Di vihara, kita juga dapat melakukan hubungan sosial masyarakat, terutama dengan sesama umat Buddha, bergaul, bertukar pengalaman, bekerjasama, tolong menolong, dan sebagainya.

Lima Dhammasavanânisamsa

Mendengarkan Dhamma, merupakan hal penting yang dapat kita ikuti saat mengikuti puja bakti di vihara. Sang Buddha, dalam khotbah-Nya tentang Berkah Utama (Mangala Sutta) menyatakan "Kalena Dhammasavanam, Etammangalamuttamam" yang artinya mendengarkan Dhamma pada saat yang sesuai adalah Berkah Utama. Di Indonesia, kita mempunyai Dhammaduta (pembabar Dhamma) dengan jumlah yang masih terbatas baik itu bhikkhu, samanera, pandita, baik yang handal maupun yang masih belajar. Tentunya masing-masing Dhammaduta memiliki kemampuan yang berbeda, pengalaman dan cara penyampaian yang berbeda pula. Sebagian dari kita suka pilih-pilih Dhammaduta, ketika mendengarkan Dhamma. Kalau yang tampil adalah favorit kita, maka kita akan duduk berlama-lama mendengarkan Dhamma. Sebaliknya, tak mau mendengarkan, bosan dan memilih pulang ketika pembabaran Dhamma baru saja dimulai, jika pembabarnya buka favorit kita. Sebenarnya, ketika kita mendengarkan Dhamma, yang terpenting adalah Dhamma yang disampaikannya bukannya melihat orang yang membabarkan, tua, muda atau masih belajar.

Dalam Angutara Nikâya III, 2482, Sang Buddha menjelaskan ada lima manfaat dari mendengarkan Dhamma (Dhammasavananisamsa), yaitu:

  • Asuttam Sunati : mendengarkan hal-hal yang belum pernah kita dengar atau ketahui dan mendapat pengetahuan Dhamma yang baru. penting sekali bagi kita untuk mempelajari dhamma, agar dapat mengetahui dan memberikan gambaran yang tepat tentang Buddha Dhamma dan menghindari persepsi-persepsi yang salah kepada saudara kita yang lain.
  • Sutam Pariyodapeti : hal-hal yang pernah kita dengar,tapi belum jelas,dan kita dengar kembali,akan menjadi lebih jelas lagi.Janganlah kita pernah bosan untuk mempelajari Dhamma, karena Dhamma mengundang untuk dibuktikan (Ehipassiko).
  • Kankam Vihanati : Dengan mendengarkan dhamma, keragu-raguan kita kepada Sang Tiratana dapat hilang dan keyakinan dapat bertambah.
  • Ditthi ujum karoti : Mendengarkan Dhamma dapat membuat kita memiliki pengertian benar. Pengertian benar adalah hal pertama dari Jalan Mulia Beruas Delapan (Ariya Atthangika Magga).bagian dari Paññâ/Kebijaksanaan. Sebagai umat Buddha,kita diajarkan untuk memiliki pengertian benar (Samma Ditthi) dan bukan pengertian salah (Miccha Ditthi)
  • Cittamassa pasidati : Dengan mendengarkan Dhamma, pikiran kita akan tenang dan bahagia. Di vihara, kita membacakan Paritta-Paritta Suci yang merupakan Dhamma yang pernah disampaikan oleh Sang Buddha, kemudian bermeditasi dan mendengarkan Dhamma, dapat membuat kegelisahan batin berkurang, dan berganti dengan ketenangan dan kebahagiaan.


"Sikap Ketika Mendengarkan Dhamma"

Ketika ada pembabaran dhamma,banyak di antara kita yang bersikap kurang sopan bahkan tidak pantas. Jika pembabaran Dhamma dimulai, sebaiknya lakukan hal-hal berikut :

  • Duduklah dengan sopan (bersila/setengah sila, tangan diletakkan di atas pangkuan)
  • Tidak berbicara atau mengobrol dengan kawan di sebelah, tetapi menyimak dengan penuh perhatian dan tidak membuat kegaduhan, dan hal-hal tidak pantas lainnya yang mungkin dapat mengganggu jalannya pembabaran Dhamma. Bagi para bhikkhu atau samanera, ada enam belas peraturan tentang cara mengajar Dhamma (Dhammadesana-patisamyutta), yang terdapat dalam Sekhiya Dhamma, yaitu : Seorang bhikkhu atau samanera tidak akan mengajarkan Dhamma kepada orang yang :
1. Memegang payung
2. Memegang tongkat
3. Memegang pisau
4.
Memegang senjata
5.
Memakai sandal kayu
6.
Memakai sepatu di tempat yang lebih rendah
7.
Berada dalam kendaraan
8.
Berada di tempat baringan
9.
Duduk merangkul lutut
10.
Mengenakan penutup kepala
11.
Kepala terbungkus
12.
Duduk di kursi sedangkan bhikkhu/samanera duduk di lantai
13.
Duduk di tempat yang tinggi sedangkan bhikkhu/samanera duduk yang rendah
14.
Duduk, sedangkan bhikkhu/samanera berdiri
15.
Berjalan di depan sedangkan bhikkhu/samanera berjalan di belakang
16.
Berjalan di seberang jalan sebelah sana, sedangkan bhikkhu/samanera berjalan di seberang sini, kecuali jika si pendengar sakit. Sang Buddha kemudian menjelaskan tentang hal-hal yang menghalangi orang untuk dapat mengerti Dhamma, yaitu nafsu (raga), kebencian (dosa), dan kebodohan (moha).

Nafsu membakar seseorang, tidak ada api sepanas nafsu. Dunia mungkin saja terbakar ketika tujuh matahari muncul di angkasa, namun nafsu selalu membakar tanpa henti. Beliau kemudian membabarkan syair Dhammapada, ayat 251 :

"Tiada api yang dapat menyamai nafsu, tiada cengkeraman yang dapat menyamai kebencian, tiada jaring yang dapat menyamai ketidaktahuan, dan tiada arus sederas nafsu keinginan."

Sang Budddha juga mengingatkan bahwa seseorang haruslah penuh perhatian untuk dapat memahami Dhamma karena banyak sekali orang yang tidak dapat menjalankan hal ini.

Kesimpulan
Setelah kita mendengarkan atau mempelajari Dhamma (Pariyatti Dhamma), yang hendaknya dilakukan adalah mempraktikkannya (Patipatti Dhamma) sesuai dengan teori yang didapat. Jika kita hanya mampu menguasai Dhamma (teori), tetapi tidak pernah mempraktikkannya maka manfaat Dhamma akan menjadi sangat kecil dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Tahap selanjutnya adalah: penting sekali penguasaan dari teori-teori itu untuk dipraktikkan (Patipatti Dhamma. Setelah dua hal ini kita laksanakan, maka buah/pahala Dhamma, yaitu Pativedha Dhamma adalah: lenyapnya nafsu, tercapainya kedamaian dan kebahagiaan/Nibbâna dapat terealisasi. Daripada sekadar menjadi seorang ahli Dhamma, yang hanya jago berdebat dengan ego yang menggunung, batin kita tidak mengalami kedewasaan,kita masih cengeng dalam menghadapi persoalan hidup.

Renungan
"Walaupun seseorang banyak membaca kitab suci, tapi tidak berbuat sesuai Ajaran, maka orang yang lengah itu, seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain. Ia tidak akan memperoleh manfaat kehidupan suci. Walaupun seseorang hanya sedikit membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai dengan Ajaran, menyingkirkan nafsu, kebencian dan kebodohan, memiliki pengertian benar dan batin yang bebas dari nafsu, tidak memiliki kemelekatan, maka ia akan memperoleh manfaat dari kehidupan suci"

(Dhammapada I, 19 - 20)

Sebagai umat Buddha, yang telah menyatakan berlindung kepada Sang Tiratana, kita mempunyai kewajiban untuk datang ke vihara, minimal satu kali dalam satu minggu. Hal ini sangatlah penting, karena di vihara kita dapat melakukan perbuatan-perbuatan baik yang bermanfaat untuk perkembangan batin kita, antara lain membacakan Paritta-Paritta Suci, bermeditasi, mendengarkan Dhammadesana, berdana dan perbuatan-perbuatan baik lainnya. Di vihara, kita juga dapat melakukan hubungan sosial masyarakat, terutama dengan sesama umat Buddha, bergaul, bertukar pengalaman, bekerjasama, tolong menolong, dan sebagainya.
Lima Dhammasavanânisamsa
Mendengarkan Dhamma, merupakan hal penting yang dapat kita ikuti saat mengikuti puja bakti di vihara. Sang Buddha, dalam khotbah-Nya tentang Berkah Utama (Mangala Sutta) menyatakan "Kalena Dhammasavanam, Etammangalamuttamam" yang artinya mendengarkan Dhamma pada saat yang sesuai adalah Berkah Utama. Di Indonesia, kita mempunyai Dhammaduta (pembabar Dhamma) dengan jumlah yang masih terbatas baik itu bhikkhu, samanera, pandita, baik yang handal maupun yang masih belajar. Tentunya masing-masing Dhammaduta memiliki kemampuan yang berbeda, pengalaman dan cara penyampaian yang berbeda pula. Sebagian dari kita suka pilih-pilih Dhammaduta, ketika mendengarkan Dhamma. Kalau yang tampil adalah favorit kita, maka kita akan duduk berlama-lama mendengarkan Dhamma. Sebaliknya, tak mau mendengarkan, bosan dan memilih pulang ketika pembabaran Dhamma baru saja dimulai, jika pembabarnya buka favorit kita. Sebenarnya, ketika kita mendengarkan Dhamma, yang terpenting adalah Dhamma yang disampaikannya bukannya melihat orang yang membabarkan, tua, muda atau masih belajar.
Dalam Angutara Nikâya III, 2482, Sang Buddha menjelaskan ada lima manfaat dari mendengarkan Dhamma (Dhammasavananisamsa), yaitu:
  • Asuttam Sunati : mendengarkan hal-hal yang belum pernah kita dengar atau ketahui dan mendapat pengetahuan Dhamma yang baru. penting sekali bagi kita untuk mempelajari dhamma, agar dapat mengetahui dan memberikan gambaran yang tepat tentang Buddha Dhamma dan menghindari persepsi-persepsi yang salah kepada saudara kita yang lain.
  • Sutam Pariyodapeti : hal-hal yang pernah kita dengar,tapi belum jelas,dan kita dengar kembali,akan menjadi lebih jelas lagi.Janganlah kita pernah bosan untuk mempelajari Dhamma, karena Dhamma mengundang untuk dibuktikan (Ehipassiko).
  • Kankam Vihanati : Dengan mendengarkan dhamma, keragu-raguan kita kepada Sang Tiratana dapat hilang dan keyakinan dapat bertambah.
  • Ditthi ujum karoti : Mendengarkan Dhamma dapat membuat kita memiliki pengertian benar. Pengertian benar adalah hal pertama dari Jalan Mulia Beruas Delapan (Ariya Atthangika Magga).bagian dari Paññâ/Kebijaksanaan. Sebagai umat Buddha,kita diajarkan untuk memiliki pengertian benar (Samma Ditthi) dan bukan pengertian salah (Miccha Ditthi)
  • Cittamassa pasidati : Dengan mendengarkan Dhamma, pikiran kita akan tenang dan bahagia. Di vihara, kita membacakan Paritta-Paritta Suci yang merupakan Dhamma yang pernah disampaikan oleh Sang Buddha, kemudian bermeditasi dan mendengarkan Dhamma, dapat membuat kegelisahan batin berkurang, dan berganti dengan ketenangan dan kebahagiaan.

Sikap Ketika Mendengarkan Dhamma
Ketika ada pembabaran dhamma,banyak di antara kita yang bersikap kurang sopan bahkan tidak pantas. Jika pembabaran Dhamma dimulai, sebaiknya lakukan hal-hal berikut :
Ø Duduklah dengan sopan (bersila/setengah sila, tangan diletakkan di atas pangkuan)
Ø Tidak berbicara atau mengobrol dengan kawan di sebelah, tetapi menyimak dengan penuh perhatian dan tidak membuat kegaduhan, dan hal-hal tidak pantas lainnya yang mungkin dapat mengganggu jalannya pembabaran Dhamma. Bagi para bhikkhu atau samanera, ada enam belas peraturan tentang cara mengajar Dhamma (Dhammadesana-patisamyutta), yang terdapat dalam Sekhiya Dhamma, yaitu:

Seorang bhikkhu atau samanera tidak akan mengajarkan Dhamma kepada orang yang:
1. Memegang payung
2. Memegang tongkat
3. Memegang pisau
4. Memegang senjata
5. Memakai sandal kayu
6. Memakai sepatu di tempat yang lebih rendah
7. Berada dalam kendaraan
8. Berada di tempat baringan
9. Duduk merangkul lutut
10. Mengenakan penutup kepala
11. Kepala terbungkus
12. Duduk di kursi sedangkan bhikkhu/samanera duduk di lantai
13. Duduk di tempat yang tinggi sedangkan bhikkhu/samanera duduk yang rendah
14. Duduk, sedangkan bhikkhu/samanera berdiri
15. Berjalan di depan sedangkan bhikkhu/samanera berjalan di belakang
16. Berjalan di seberang jalan sebelah sana, sedangkan bhikkhu/samanera berjalan di seberang sini, kecuali jika si pendengar sakit. Sang Buddha kemudian menjelaskan tentang hal-hal yang menghalangi orang untuk dapat mengerti Dhamma, yaitu nafsu (raga), kebencian (dosa), dan kebodohan (moha).
Nafsu membakar seseorang, tidak ada api sepanas nafsu. Dunia mungkin saja terbakar ketika tujuh matahari muncul di angkasa, namun nafsu selalu membakar tanpa henti. Beliau kemudian membabarkan syair Dhammapada, ayat 251 :
"Tiada api yang dapat menyamai nafsu, tiada cengkeraman yang dapat menyamai kebencian, tiada jaring yang dapat menyamai ketidaktahuan, dan tiada arus sederas nafsu keinginan."
Sang Budddha juga mengingatkan bahwa seseorang haruslah penuh perhatian untuk dapat memahami Dhamma karena banyak sekali orang yang tidak dapat menjalankan hal ini.
Kesimpulan
Setelah kita mendengarkan atau mempelajari Dhamma (Pariyatti Dhamma), yang hendaknya dilakukan adalah mempraktikkannya (Patipatti Dhamma) sesuai dengan teori yang didapat. Jika kita hanya mampu menguasai Dhamma (teori), tetapi tidak pernah mempraktikkannya maka manfaat Dhamma akan menjadi sangat kecil dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Tahap selanjutnya adalah: penting sekali penguasaan dari teori-teori itu untuk dipraktikkan (Patipatti Dhamma. Setelah dua hal ini kita laksanakan, maka buah/pahala Dhamma, yaitu Pativedha Dhamma adalah: lenyapnya nafsu, tercapainya kedamaian dan kebahagiaan/Nibbâna dapat terealisasi. Daripada sekadar menjadi seorang ahli Dhamma, yang hanya jago berdebat dengan ego yang menggunung, batin kita tidak mengalami kedewasaan,kita masih cengeng dalam menghadapi persoalan hidup.
Renungan
"Walaupun seseorang banyak membaca kitab suci, tapi tidak berbuat sesuai Ajaran, maka orang yang lengah itu, seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain. Ia tidak akan memperoleh manfaat kehidupan suci. Walaupun seseorang hanya sedikit membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai dengan Ajaran, menyingkirkan nafsu, kebencian dan kebodohan, memiliki pengertian benar dan batin yang bebas dari nafsu, tidak memiliki kemelekatan, maka ia akan memperoleh manfaat dari kehidupan suci"
(Dhammapada I, 19 - 20)
Dalam Agama Buddha Sila merupakan dasar utama dalam pelaksanaan ajaran agama, mencakup semua perilaku dan sifat-sifat baik yang termasuk dalam ajaran moral dan etika agama Buddha.

Pancasila buddhis terdiri dari 5 latihan moral yaitu :
  1. Menghindari pembunuhan makhluk hidup
  2. Menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan oleh pemiliknya.
  3. Menghindari perbuatan asusila
  4. Menghindari ucapan yang tidak benar
  5. Menghindari segala minuman keras yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan. Agama Buddha dalam pandangannya tentang narkoba, menyebutkan dengan istilah yang terdiri dari 4 kosakata yaitu :
  •  Sura : sesuatu yang membuat nekat, mengacu pada minuman keras yang mengandung alkohol. 
  • Meraya : sesuatu yang membuat mabuk atau kurangnya kewaspadaan, seperti munuman keras yang memabukkan. 
  • Majja : Sesuatu yang membuat tidak sadarkan diri, seperti ganja, morphin
  • Pamadatthama : Yang menjadi dasar kelengahan/keceroboha
Pelanggaran sila Kelima dari Pancasila Buddhis yaitu menghindari segala minuman keras yang berbunyi :
“Surameraya Majjapamadatthana Veramani Sikkhapadam Samadiyami”. Artinya aku bertekad melatih diri menghindari minuman keras yang dapat melenyapkan lemahnya kesadaran”.
Ajaran Sang Buddha “Appamado Amapadatam, pamado maccuno; Padam, Appamatta na Niyanti, ye pamatta yatha mata”. Artinya : "Kesadaran adalah jalan menuju kekekalan, kelengahan adalah jalan menuju kamatian. Orang yang waspada tidak akan mati, tetapi orang yang lengah seperti orang yang sudah mati". (Dhammapada, 21).


TIPS MENGHINDARI DIRI DARI NARKOBA
  • Siapkan mental, diri untuk menolak apabila ditawari narkoba.
  • Adanya komitmen yang kuat dan seluruh komponen bangsa, baik tingkat pusat sampai daerah, untuk melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
  • Masalah penyalahgunaan Narkoba bukan merupakan aib keluarga, tetapi merupakan masalah nasional tanggungjawab bersama, yang harus ditanggulangi secara terpadu, terkoordinir, terarah dan berkelanjutan serta dilakukan secara serius/ sungguh-sungguh.
  • Semua komponen bangsa harus merasa terpanggil untuk melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dan melakukannya dengan penuh keikhlasan sebagai suatu bentuk kesadaran.
Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa

YO DHAMMAM DESESI ADIKALYANAM, MAJJHEKALYANAM, PARIYOSANAKALYANAM
"Dhamma indah pada awalnya, Indah pada pertengahannya, Indah pada akhirnya"

Tanpa terasa waktu telah berjalan sangat begitu cepat, sehingga tanpa kita menyadarinya begitu banyak hal yg sudah kita lakukan, masa yg telah lewat hanyalah tinggal sebuah kenangan yg tak akan mungkin bisa kembali lagi. Saat ini merupakan saat yg nyata dimana kita bisa melakukan berbagai hal yg akan memberikan arti hidup bagi kita, sedangkan hari esok hanyalah sebuah banyangan yg mana masih menjadi sebuah teka – teki yg belum bisa kita prediksikan.
Didalam ekosistem perkembangan dan perjalanan kehidupan setiap manusia didunia ini pasti mempunyai satu tujuan dan satu harapan yg sama, walaupun dalam keberadaannya mempunyai suatu perbedaan didalam status sosial, kultur kebudayaan, ras, suku dan agama.
Tetapi pada hakekatnya tetaplah sama, yaitu kita merupakan suatu makhluk social yang mana tidak akan bisa terlepas dari pihak individu lainnya. Kita tidak bisa berdiri sendiri tanpa campur tangan dan keterikatan hubungan dg pihak lain.
Satu harapan dan satu tujuan yg menyamakan individu satu dg individu lainnya adalah tentang terpenuhinya sebuah kebahagiaan, kedamaian dan keharmonisan didalam hidup. Baik didalam dirinya sendiri, keluarga, masyarakat maupun didalam lingkup pekerjaannya. Ini terbukti bawasannya banyak orang sudah berupaya berlomba – lomba untuk mendapatkannya, baik itu dg cara yg positif maupun dengan cara yg negative.
Tetapi terkadang kita lupa dan tidak menyadarinya bawasannya apakah yg kita lakukan itu sudah benar atau belum??? Melakukan dg cara yg negative, dg cara – cara yg tidak benar yg mengakibatkan pihak lain menderita merupakan hal yg tidak patut kita lakukan sebagaimana kita makhluk yg beraklak, karena hal tersebut sudah bertentangan dg nilai – nilai spiritual/agama norma yg ada.
Untuk itu dalam moment ini, dlm peringatan hari “TRI SUCI WAISAK yg ke – 2555 BE” kita harapkan agar kita dapat merenungkan dan menyadari kembali semua hal yg telah kita lakukan dan apa yg akan kita lakukan,
Kunci utama yg diharapkan semua orang sebenarnya sudah berada didalam diri kita masing – masing sejak lama, tergantung bagaimana cara pola pikir kita sendiri menciptakan dan menyikapinya.

Dalam Sabda Sang Buddha dikatakan:
“Segala keadaan ditentukan oleh pikiran, dibentuk oleh pikiran dan dibangun oleh pikiran,apabila pikiran kita arahkan ke hal yg positif maka akan mengsilkan hal yg positif, begitu juga sebaliknya pikiran yg negative akan menghasilkan hal yg negative”

Maka dari itu rubahlah pikiran – pikiran yg tidak baik didalam diri, rubahlah cara kehidupan kita, kontrolah segala tindakan yg akan dilakukan, berusahalah untuk tidak mencari kesalahan, kelemahan dan kekurangan orang lain. Janganlah kita menghina, merendahkan atau menyalahkan orang lain atas kesalahan yg telah kita perbuat sendiri.
Apabila kita melihat dan mendengar berita media masa yg tersiar, maka kita akan mengetahui sudah banyak terjadi terjadi berbagai peristiwa konflik, pertentangan dan pertikaian satu sama lainnya lantaran dikarenakan keegoisan, kesrakahan dan kekuasaan,
ini membuktikan bahwa akal sehat manusia sudah tidak sebagaimana mestinya. Jika kita pikirkan dan renungkan kembali, apakah tindakan tersebut adalah tindakan yg mulia???
Kalau sudah terjadi demikian maka harapan kebahagiaan, kedamaian dan keharmonisan selamanya tidak akan pernah dirasakan dan didapatkan.
Dalam pribahasa jawa dikatakan :
“SENG RESIK URIPE BAKAL MULYO, SENG RUSOH URIPE BAKAL CILOKO
(Siapa yg bersih hidupnya maka akan hidup mulia, begitu juga sebaliknya siapa yg hidupnya tidak bersih maka hidupnya akan celaka)
Didalam setiap nilai ajaran spriritual, apapun itu agamanya tentu kita diharapkan agar kita bisa menghargai dan menghormati satu sama lain yaitu (TEPO SELIRO)
(Matius 5 ; 9)
BERBAHAGIALAH ORANG YANG MEMBAWA DAMAI DI ANTARA MANUSIA; ALLAH AKAN MENGAKUI MEREKA SEBAGAI ANAK – ANAK NYA
(Surat Al Kafirun 109 ; 6)
LAKUM DINUKUM WALIADIN (Untukmulah agamamu dan untukkulah, agamaku)