"Aku tidak mengajar untuk menjadikanmu sebagai murid-Ku. Aku tidak tertarik untuk membuatmu menjadi murid-Ku. Aku tidak tertarik untuk memutuskan hubunganmu dengan gurumu yang lama. Aku bahkan tidak tertarik untuk mengubah tujuanmu, karena setiap orang ingin lepas dari penderitaan. Cobalah apa yang telah Kutemukan ini, dan nilailah oleh dirimu sendiri. Jika itu baik bagimu, terimalah. Jika tidak, janganlah engkau terima." (Digha Nikaya 25 : Patika Vagga ; Udumbarika - Sīhanāda Sutta)



10 September 2011

Manopubbangama Dhamma, Manosettha Manomaya
Manasa ce Pasannena, Bhasati va Karoti Va
Tato nam Sukhamanveti, Chaya va Anapayini
“Segala keadaan kita semuanya ditentukan oleh pikiran kita, dijadikan oleh pikiran kita, Pikiran kita ibarat seorang majikan, bila kita berkata dan berbuat dengan pikiran baik maka kebahagiaan akan selalu mengikuti kita, bagaikan bayangan yg tidak pernah berhenti mengikuti sang pemiliknya”
(Yamaka Vaggga - Dhammapada bab I ;2)

Pada hakikatnya manusia terlahir bukan hanya terdiri dari tubuh jasmani saja, melainkan semuanya terbentuk dari beberapa unsur atau susunan, yang mana susunan itu terdiri dari perpaduan unsur yang akhirnya membentuk badan jasmani kita. Didalam bagian – bagian tubuh jasmani tersebut pada dasarnya telah mempunyai tugas masing – masing dan kinerja yang berbeda, tetapi dari sekian banyak bagian tubuh jasmani kita ada satu komponen yang paling penting didalam keseluruhan, yaitu “PIKIRAN”
Lewat Pikiran dan akan adanya Pikiran pula maka seseorang bisa dikatakan sebagai sesosok “Manusia” jika pikiran manusia tidak sejalan sebagai mana mestinya, tidak rasional, tidak manusiawi maka ia tidak akan layak dihargai sebagai sesosok “Manusia”. Di alam semesta ini manusia adalah makhluk yang mempunyai tataran istimewa jika dibandingkan dengan makhluk – makhluk lainnya, sebab “MANUSIA” mempunyai peluang besar dan kesempatan yang mudah didalam mencapai tingkat puncak tertinggi dalam kesempurnaan.
Pikiran merupakan komponen pengontrol dan pengendali dari setiap proses perjalanan kehidupan manusia. Lewat pikiran pula seseorang bisa menjadi manusia yang seutuhnya.
“PIKIRAN” terdiri menjadi dua (2) bagian yaitu “Mano Succarita – (Pikiran Baik)” dan “Mano Duccarita – (Pikiran Jahat). Kedua bagian pikiran inilah yang akan selalu ada dan selalu tetap menyertai perjalanan kehidupan manusia.
Nasib, jodoh, kesuksesan, Harapan, keinginan dan kebahagian seseorang dapat tercapai dan dapat terealisasi semua itu difaktori oleh pikiran, karena segala sesuatu terbentuk dan tercipta lantaran Pikiran yang mendorongnya. Seyogianya seseorang harus mensyukuri dengan apa yang sudah didapatkan, karena terlahir menjadi manusia merupakan kesempatan emas yang dapat direalisasi, Sabda Sang Buddha : “ Terlahir menjadi manusia diibaratkan dengan sebuah pasir yg menempel disela – sela jari kuku, sedangkan masih banyak lagi yg tertinggal di tanah”
Tetapi semua itu kembali lagi kepada diri kita masing – masing, mau tidaknya memanfaatkan kesempatan itu. Kuncinya adalah diri kita dan Hasil yang gemilang akan dirasakan bila memang ada niat untuk mengupayakannya. Untuk itu jika kita sudah memahami kebenaran ini sudah menjadi tugas dan kewajiban kita didalam meraih apa yang kita inginkan.
Banyak orang beranggapan Pikiran bukanlah komponen atau sesuatu yang penting sehingga tidak heran sebagian besar seseorang tidak memperhatikannya. Sebagai gambaran sederhana sebuah “Hand Phone” tidak akan ada fungsinya apabila “Hand Phone” tersebut tidak ada Pulsanya, Pulsa walaupun kecil itu akan membuat kondisi yg berbeda didalam Hand Phone” Jika tubuh jasmani kita membutuhkan makanan yang bergizi untuk menopang hidup kita, tidak beda pula dengan “PIKIRAN” kita, pikiran juga membutuhkan makanan tetapi bedanya disini bukanlah makanan seperti yg sudah kita konsumsi. Melainkan makannya adalah Makanan Dhamma agar Pikiran itu dapat bekerja dan berjalan secara optimal.
Semua yang akan terjadi didalam diri kita, yang memicu adalah pikiran. Jika kita berpikir tidak baik maka hal yang tidak baik akan terjadi didalam diri kita demikian juga sebaliknya Pikiran yang baik maka hal yang baik akan terjadi didalam diri kita. Membiasakan selalu mengarahkan pikiran kearah yang baik adalah cara yang tepat untuk mendapatkan hal yang baik.
Hidarilah sebaik mungkin pikiran – pikiran buruk, pikiran – pikiran negative muncul, tekanlah persempitlah ruang gerak pikiran tidak baik agar pikiran tidak baik itu tidak menjadi virus bagi yang lainnya. “Janganlah menyerah sebelum berperang” karena menyerah sebelum berperah adalah wujud dari kelemahan dan kebodohan kita,
Ketika masalah, dilema, dan penderitaan datang melanda sederhanakanlah pikiran kita dengan bijaksana, lepaskanlah sadarilah….Janganlah diporsir didalam pikiran dengan menggenggam terlalu erat karena kalau kita menggenggamnya terlalu erat maka kita akan capek, lepaskanlah sebagai mana adanya ingat apapun bentuk pikiran dan kondisi yg ada dalam diri kita semuanya akan berlalu dan pergi.
Janganlah kita menyesalkan atau memikirkan masa yg telah lalu, atau masa yang akan datang melainkan pikirkanlah saat ini yg terjadi detik ini, menit ini, jam ini dan hari ini. Asahlah pikiran kita dengan dengan permadani agar kebahagiaan sejati kita temukan dan kegelapan akan sirna oleh sinar cahaya.