"Aku tidak mengajar untuk menjadikanmu sebagai murid-Ku. Aku tidak tertarik untuk membuatmu menjadi murid-Ku. Aku tidak tertarik untuk memutuskan hubunganmu dengan gurumu yang lama. Aku bahkan tidak tertarik untuk mengubah tujuanmu, karena setiap orang ingin lepas dari penderitaan. Cobalah apa yang telah Kutemukan ini, dan nilailah oleh dirimu sendiri. Jika itu baik bagimu, terimalah. Jika tidak, janganlah engkau terima." (Digha Nikaya 25 : Patika Vagga ; Udumbarika - Sīhanāda Sutta)



26 November 2010



Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sammbuddhasa
MATA YATHA NIYAM PUTTAM
AYUSA EKAPUTTAMANURAKKHE
EVAMPI SABBABHUTESU
MANASAMBHAVAYE APARIMANAM

ORANG TUA ADALAH BUDDHA HIDUP KITA
  Setiap makhluk yang terlahir didunia ini tentu semua berawal dari adanya orang tua, baik itu binatang ataupun manusia. Dalam kehidupan ini sebelum seseorang menjadi ayah & ibu dari anak – anaknya, tentu sebelumnya terlebih dahulu telah menjadi anak dari orang tuanya, kita ada ada didunia ini tentu karena adanya mama papa kita, tidak mungkin kita ada tanpa adanya mama & papa kita…???
Taukan anda, betapa besarnya jasa orang tua terhadap diri kita…??? Mungkin sebagian orang tidak mengetahui serta memahaminya, bahwa orang tua telah banyak berjasa dan berkorban demi kehidupan kita, demi masa depan kita serta demi kebahagian kita.
Apa bila mengingat kembali waktu semasa kita masih di bangku TK/ SD ada sebuah lagu yang sangat mengaharukan yg mungkin dapat kita jadikan sebuah renungan kembali sungguh betapa besarnya kasih sayang orang tua kita “kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa hanya memberi tak akan kembali bagai sang surya menyinari dunia” Jika diperumpamakan “Kasih sayang Ibu itu sepanjang masa yang tak akan pernah pudar oleh sang waktu tetapi kasihsayang anak hanyalah sebatas sepanjang pohon kelapa” tetapi pada zaman sekarang seorang anak banyak yg berpikir dan beranggapan kalau kasih sayang orang tua yg diberikan dianggapnya sebagai suatu ancaman, larangan, tekanan, dan penderitaan. Tidak heran anak – anak masa sekarang mengartikan nasihat itu sebagai hal yang menakutkan…..
Banyak sekali anak pada zaman sekarang mengatakan
“Mama Papaku itu enggak gaul, enggak modren”
“Mama Papaku itu terlalu kolot, terlalu kaku”
“Mama Papaku itu enggak sayang dan enggak mau ngertiin aku”
Inilah yg terjadi pada umumnya dikalangan remaja sekarang, mereka menggapnya seperti itu, tetapi kalau kita melihat dan merenungkan kembali. Sebelum sampai saat ini bagaimana proses pertumbuhan kita. “Ketika kita masih didalam kandungan, selama 9 - 10 bulan mama tidak pernah mengeluh dalam mengandung kita, Mama Papa selalu menjaga kondisi kandungan dengan baik, baik dari pola makan, kesehatan dan sampai aktifitaspun mereka kurangi, walaupun perut mama besar dan berat mama tetap sabar…..setelah 9 - 10 bulan mengandung kita dan ketika waktu melahirkan, mama menderita dan menahan kesakitan serta nyawa mamapun dipertaruhkan saat itu juga…mulai sejak kita dilahirkan pada masa – masa balita “Mama Papa” kita jadikan pembantu kita jadikan pelayan setiap saat. Dan kitanya yg menjadi majikan - menjadi Bossssnya…. ketika lapar, ketika popok basah, ketika kedinginan, ketika sakit dan ketika kita merasa bahaya, hanya dg sebuah alunan melodi tangisan saja yg bisa kita lakukan, walaupun alunan melodi tangisan akhirnya meramaikan seisi rumah, tidak peduli itu siang ataupun tengah malam. Mama Papa tetap selalu ada dan selalu siap setiap saat untuk menemani, melindungi serta yg memenuhi semua keinginan kita...bahkan mama kita terkadang rela memakan makanan yang tidak enak demi kita, makanan yg enak diberikan kepada kita sedangkan makanan yg tidak enak dimakannya…..ketika sudah beranjak dewasa mama selalu mengajari dalam berbagai hal untuk kita…sampai kita bisa melihat sendiri seperti apa kita sekarang ini”
Melihat apa yg sudah diberikan orang tua terhadap diri kita, apakah pantas kita berlaku dan bersikap tidak baik kepada mereka???
(Khuddaka Nikaya, 286) “Dalam sabbda Sang Buddha, orangtua sering disamakan dengan Buddha dan Brahma yang tinggal dalam rumah. Buddha pertama dan guru pertama dalam hidup kita” sebelum kita mengerti apa – apa orang tua kitalah yg mengajarkan dan yang memberi penceraha diri kita. Karena jasa orang tua yang sangat begitu besar itu “Sang Buddha juga memeberikan sebuah perumpamaan “Dalam Anguttara Nikaya Bab IV ayat 2 “Meskipun seorang anak menggendong ayahnya dipundak kiri dan ibunya di pundak kanan selama seratus tahun, itupun belum cukup untuk membalas jasa kebaikan yang orangtua berikan.”
Jadi pengertian orang tua dalam ajaran Buddha mempunyai keagungan yang sangat tinggi, orang tua digambarkan sebagai sesosok Buddha dan Brahma didalam hidup kita. Kita tau bawasannya Bhrama merupakan makhluk yang tingkatannya lebih tinggi diatas dewa, untuk itu apakah kita pantas dan bersikap tidak baik kepada mereka???
Walaupun sebesar apapun yang kita berikan dan sebanyak apapun yang dierikan kepada mereka itu belum cukup untuk membalas jasa baik kedua orang tua.
Rasa “ Katannukatavedi” tau berterima kasih dan bakti kepada mereka adalah salah satu cara yang terbaik dan yang paling baik serta salah satu kewajiban yang harus berikan seorang anak kepada orang tuanya. Menghormati, menyayangi mereka adalah wujud yang memang perlu kita berikan setiap waktu dan setiap saat. Janganlah kita melihat kesalahan apa yg telah mereka lakukan, kesalahan yg telah dilakukan itu merupakan sebagian kecil dari rasa sayangnya kepada anaknya. Tetapi apakah kita pernah menyadari bahwa kita sendiri juga sering membuat kecewa, sering membuat sakit hati (ciak sam kwua) dan sering membuat kesalah kepada mereka...??? Jika dibandingkan, kesalahan kitalah yang paling banyak. Akan tetapai orang tua tetap selalu memberikan maaf dan memberikan kesempatan untuk kita.
Sebagai anak yang baik dan sebagai anak yang sudah mempunyai pengertian didalam ajaran Buddha hendaknya selalu berusaha sadar diri, mawas diri bagaimana yang memang perlu kita lakukan terhadapnya dan mana yg tidak perlu kita lakukan. Semua orang tua yang ada didunia ini tidak hanya manusia atau binatang, mereka juga berharap dan mengharapkakn sebuah kebahagian untuknya dan kebahagian untuk anak – anaknya. Tidak ada satupun didunia ini orang tua mengharapkan anaknya celaka, anaknya menderita didalam hidupnya “Tidak mungkin induk harimau mau memakan anaknya sendiri” terkadang kita juga perlu banyak belajar dari binatang walaupun binatang merupakan salah satu makhluk yg labih jauh baik dari kita “rasa sayang dan cinta kasihnya, hubungan batinnya”
Janganlah dengan apa yg sudah kita miliki, apa yang telah kita punyai sekarang ini (harta dan kekuasaan) lantas kita bersikap tidak baik kepada mereka, bersikap tidak pantas kepada mereka. Kurang memperhatian kurang sayang dan lupa terhadapnya. Terlebih – lebih janganlah orang tua kita masukan ke panti jompo lantaran dendam akan semua perlakuan yg salah terhadap kita. Janganlah berdalih dan beralasan karena kesibukan pekerjaan dll, coba berikanlah waktu untuk mereka, karena dengan cara inilah setidaknya kita membalas jasa budi baik orang tua.
Ketika orang tua kita sudah memasuki usia senja pasti nanti akan ada perubahan dan perubahan itu terkada bisa dikatakan menjengkelkan (dalam masa itu orang tua sudah mulai seperti kekanak – kanakan yg mintanya diperhatiin dan disayangi) apabila itu nanti terjadi coba hadapilah dengan penuh kasih sayang , seperti ketika mama papa menghadapi masa kecil dan masa kekanak – kanakan kita dulu)
Sang Buddha sendiri walaupun sudah menjadi Samma Sambuddhasa, guru agung para dewa dan manusia, pengenal segenap alam dan yang mahatau dan maha bijaksana. Beliau tidak lupa kepada kedua orang tuanya sendiri yang telah melahirkan, yang telah mendidik, yang telah membesarkan dan yang telah menyayanginya…salah satu wujud yg telah beliau berikan adalah memberikan pengertian & pemahaman tentang ajaran dhamma kepada ayahandanya Raja Suddhodana serta memberikan ajaran dhamma (yaitu tentang Abhidhamma) kepada ibundanya Ratu Mahamaya dialalam Surga Tavatimsa.
Didalam hukum sebab – akibat (hukum karma) membunuh, melukai, menyakiti dan membuat penderitaan bagi orang tua baik itu secara jasmani atau batin adalah salah satu bagian “Garuka Kamma” kamma buruk kamma berat dan akibatnya nanti akan membuat penderitaan yang sangat berat dikehidupan saat ini maupun kehidupan yang akan datang, jauh lebih menderita yg telah kita lakukan terhadap mereka.
Sabbe satta bhavantu sukkhitata....
By Aggacitto Bhikkhu

0 komentar:

Posting Komentar